MEDAN-Penggunaan aplikasi digital di era kemajuan teknologi ini sangat penting dilakukan pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM), termasuk di Kota Medan. Keterlambatan dalam memprediksi perkembangan bentuk kompetisi di masa mendatang tanpa disadari dapat menjadi penyebab UKM sulit berkembang.

Apalagi, bisnis yang sudah berjalan lama sering dianggap aman dari ancaman persaingan usaha. Padahal, bisa jadi di masanya mungkin pemain masih sedikit, produk masih eksklusif, serta lokasi masih strategis. Sayangnya, di era modernisasi dan ekonomi digital seperti saat ini, ketiga faktor tersebut bukan lagi penentu sebuah usaha bisa bertahan.

Oleh karenanya, kemajuan teknologi harus benar-benar dimanfaatkan pelaku UKM sebagai media atau sarana untuk akselerasi bisnis sesuai dengan perkembangan zaman. Sebab, konsumen dalam era sekarang tidak mau repot dengan waktu lama, semuanya ingin cepat dan instan. Tren gaya hidup masyarakat sudah semakin bergeser dengan kemajuan teknologi.

Semuanya ingin kalau bisa selesai di ujung jari saja. Cukup duduk di rumah dan kantor atau suatu tempat, kebutuhan tetap bisa dapat sesuai dengan apa yang diinginkan. Gaya hidup seperti ini sedang jadi tren masyarakat, tidak mau banyak waktu tersisa dan enggan banyak bergerak. Apalagi harus berhadapan dengan budaya antrian dan macet di jalanan.

Dari perubahan gaya hidup itu, tentu menuntut pula pada perubahan sistem bisnis yang diterapkan agar selalu bertumbuh sesuai perkembangan zaman. Pilihan yang tepat dan menjadi keharusan melakukan akselerasi bisnis dengan menggunakan beragam aplikasi digital. Banyak pilihan aplikasi yang disuguhkan saat ini dalam menunjang bisnis.

Peluang ekonomi digital ini tak disia-siakan Sentosa, pemilik warung sembako di Jalan Jamin Ginting Km 7,5, Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor. Terlebih, usaha yang dirintisnya sejak tahun 2010 hingga sekarang, banyak hadirnya pesaing swalayan modern. Karena itu, ia perlu meningkatkan pelayanaan kepada pelanggan dan memperluas jaringannya dengan bergabung dalam ekosistem Qasir selama dua tahun terakhir.

"Ketatnya persaingan dengan banyaknya mini market, kita mesti memutar otak agar usaha yang dijalani sekarang tetap bertahan. Akan tetapi, sejak menggunakan Qasir dua tahun lalu, bisnis saya banyak terbantu karena saya dan tiga karyawan bisa mulai aktif melakukan organisasi sistem yang baik, jelas dan aktual. Selain itu," katanya ditemui baru-baru ini.

Selain itu, sambung dia, dengan menggunakan Qasir, monitor stok juga selalu terpantau, sebelum persediaan barang habis. "Saya terus bersemangat untuk terus mengadopsi teknologi terkini, bahkan berinisiatif untuk menjajal penerapan pembayaran nontunai. Karena belakangan banyak pembeli yang menanyakan apakah bisa bayar nontunai? Makanya, mau enggak mau kita harus menyediakan," sebutnya.

Hal yang sama disampaikan Indra, pemilik usaha warung sembako di kawasan Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai. Usahanya dulu sejak 2012 tidak membutuhkan promosi apapun untuk mendapat pelanggan. Seiring berjalannya waktu, mulai merasakan tantangan persaingan karena maraknya usaha sejenis yang menawarkan produk lebih banyak dan harga lebih murah.

"Teknologi merupakan sebuah keniscayaan dalam bisnis. Suka tidak suka, saya melihat teknologi sudah menjadi bagian dari pelaku usaha, bahkan toko sembako sekalipun. Konsumen sekarang lebih paham sama barang-barang dan promosi lewat banyak platform toko modern," tuturnya.

Maka dari itu, kata Indra, sebelum tergerus lebih dalam dan bangkrut, harus melek teknologi. "Saya telah bergabung dengan Qasir sejak dua tahun terakhir. Saya tidak pernah mengira bahwa dari mencatat saja, kita bisa mendapatkan begitu banyak kemudahan dalam usaha. Bagi kami pedagang mikro seperti kami, mendapatkan pinjaman tentulah sangat bermanfaat untuk menjaga arus kas dan memastikan stok barang selalu terisi," tambahnya.

Pengamat ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin menuturkan, penggunaan teknologi sekarang ini harus bisa dimanfaatkan oleh pelaku UKM. Dengan teknologi, dapat mempermudah bisnisnya dalam hal kecepatan dan akurasi. Selain itu, supaya tidak kalah bersaing dengan usaha yang sudah menerapkan teknologi.

"Inovasi digital bukan merupakan wujud kapitalisasi usaha mikro, tetapi memberi solusi dan kemudahan, seperti transaksi dan ketersediaan barang. Itu semuanya justru akan melengkapi warung-warung yang sudah ada, utamanya ke digitalisasi tanpa menghapuskan atau merusak apalagi menggantikan warung yang sudah dirintis," ujarnya.

Menurut Gunawan, pengusaha mikro akan sangat diuntungkan jika bermitra dengan perusahaan digital. Apalagi, akan ada poin, informasi, dan pelatihan untuk meningkatkan pendapatan dan kualitas pelayanan. "Sudah pasti dilengkapi banner, stiker, dan transaksi bisa secara online atau nontunai," ucapnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, pengaruh positif bila warung bermitra dengan startup akan punya pencatatan keuangan yang lebih teratur. Hal itu dapat meningkatkan potensi permodalan usaha. "Bagi pemilik warung, distribusi barang akan lebih mudah dan murah," tutur Gunawan.

Sementara, CEO Qasir, Michael Williem mengatakan, pelaku UKM menjamur karena kemudahan memasuki dunia usaha. Namun yang seringkali terlewat, mereka tidak membekali diri dengan kesiapan menghadapi persaingan yang terus berganti seiring perkembangan teknologi.

"Permintaan masyarakat kini datang tidak hanya atas dasar kebutuhan, tetapi juga karena dibentuk oleh pasar. Misalnya saja, metode pembayaran cashless. Potensi cashback dan kemudahan belanja tanpa uang tunai membuat pembeli tertarik untuk memiliki dompet digital dari ponsel. Dampaknya, mereka akan menyambangi merchant-merchant yang menyediakan layanan cashless. Hal semacam ini yang kerap luput dari perhitungan pemain lama, khususnya yang masih berada dalam skala mikro dan kecil," tutur Michael dalam keterangan tertulisnya beberapa waktu lalu.

Kendati masalah yang dihadapi UKM demikian bervariasi, Qasir memilih fokus untuk menyediakan solusi bagi persoalan paling mendasar, yakni penguatan kapasitas bisnis lewat manajemen pencatatan. Hal itu mengapa aplikasi POS Qasir dan Miqro dirancang untuk mewadahi semua kebutuhan pencatatan usahawan, mulai dari mencatat stok, mencatat kasbon, pembelian, penjualan, sampai ke sistem pembayaran nontunai.

"Keinginan untuk naik kelas bagi usahawan mikro pada dasarnya sangat besar, namun terhambat keterbatasan untuk mencari peluang yang ada. Pesatnya teknologi kerap membuat mereka gigit jari karena terancam tergerus oleh persaingan. Karenanya, kami merangkul mereka untuk ikut mengembangkan usaha lewat inovasi digital. Salah satunya membuka akses mereka ke berbagai layanan fintech dan teknologi yang sudah diintegrasikan ke dalam aplikasi Miqro milik Qasir," terang Michael.

Melalui layanan Miqro, Qasir juga membantu mempercepat proses inklusi keuangan dengan menekankan pentingnya pencatatan keuangan yang rapi secara digital. "Data internal kami menunjukkan bahwa pencatatan yang kurang rapi membuat mereka tidak memenuhi syarat sebagai kreditur. Makanya, mereka sulit menambah modal kerja untuk berkembang," sambungnya.

Chief Marketing Officer (CMO) Qasir, Rachmat Anggara berharap kolaborasi ini dapat menciptakan ekosistem yang mampu menggenjot lebih banyak usahawan mikro untuk berkembang.

"Hanya dengan rutin berbelanja melalui aplikasi Miqro, usahawan bahkan tidak perlu repot menyiapkan segala macam persyaratan yang rumit untuk mendapat pendanaan ini. Cukup berbekal rekomendasi dari kami berdasarkan catatan pembelanjaan tadi yang jelas validasinya, pihak fintech sudah bisa mencairkan pendanaan ini. Harapan kami, para usahawan mikro bisa mendapatkan pendanaan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan usahanya," ujar Angga.*