MEDAN - Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Sumatera Utara berbagi asih di tengah 'badai' pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) yang melanda tanah air, Jumat (3/4/2020). Kali ini, asosiasi yang dipimpin Saidul Alam memberikan 100 paket sembako kepada warga yang membutuhkan. Di sela pembagian sembako, Ketua AEKI Sumut Saidul Alam menyampaikan, gerakan ini merupakan wujud kepedulian AEKI terhadap sesama. Apalagi saat ini masyarakat diharapkan berdiam di rumah, sehingga ini sangat berdampak kepada warga.
 
"Saat ini negara kita diberi cobaan dengan adanya virus corona. Dampaknya, di Medan itu sangat signifikan. Banyak dari kawan-kawan dan juga masyarakat sudah merasakan dampaknya selama 3 minggu terakhir ini. Kami dari AEKI Sumut turut berempati akan hal ini," ujarnya.
 
Pemberian bantuan ini, tutur Alam, merupakan sumbangsih dari rekan-rekan AEKI dan berharap doa dari seluruh masyarakat agar wabah corona ini dapat cepat berlalu. 
 
"Sasaran kita yakni masyarakat kecil yang masih tetap bekerja ditengah kondisi seperti ini. Kalau mereka tidak bekerja hari ini, tidak bisa makan untuk besok hari. Kira-kira begitu target pemberian sembako kita ini," terangnya.
 
Dengan adanya bantuan sembako ini, Alam berharap bisa sedikit membantu meringankan beban warga dan mewujudkan program pemerintah agar warga tetap di rumah.
 
"Kita juga bersama relawan Saling Bantu Medan, bergerak bersama menyalurkan sembako yang telah disiapkan. Mereka adalah relawan muda dan bekerja tanpa embel embel dan atas kesadaran diri sendiri," jelasnya.
 
Untuk tahap awal ini, AEKI sendiri telah menyiapkan 100 paket sembako dan akan dilakukan secara berkesinambungan hingga pandemi Covid -19 berakhir.
 
"InsyaAllah bantuan ini akan terus kita lakukan hingga berakhirnya wabah corona," tutup Alam.
 
Sementara itu, salah seorang penarik betor di seputaran Pasar Petisah, Sadri (55) mengucapkan terimakasih atas gagasan AEKI Sumut yang telah peduli terhadap warga yang membutuhkan.
 
"Terbantu juga lah. Apalagi saat ini kondisi corona. Kalau kami tidak menarik, tak dapat uang. Sekarang penumpang pun tak ada lagi. Orang kebanyakan di rumah berdiam diri," keluhnya.
 
Biasanya, lanjut warga Pabrik Tenun Medan Petisah ini, dalam sehari dia bisa membawa uang sebesar Rp100 ribu. Namun kini turun drastis.
 
"Kalau sekarang gak dapat lagi, turun penghasilan kita, malahan hingga 80 persen. Alhamdulillah dengan adanya bantuan ini, kita terbantu untuk makan sehari dua hari," ujar pria 2 anak dan 2 cucu ini.
 
Hal senada juga disampaikan Rosnani br Hombing. Wanita berusia 65 tahun yang kesehariannya juru parkir di persimpangan Jalan Gatot Subroto/Petisah tersebut mengucapkan terimakasih.
 
"Senanglah, orang memang beras yang diharapkan saat ini untuk keluarga. Memang kalau kami tukang parkir, tukang sampah, biasanya selalu dapat seperti ini, tapi lebih kepada bantuan nasi," singkat Rosnani yang sudah menjadi juru parkir sejak tahun 2004 silam itu.