MEDAN - Sejak merebaknya virus corona di Indonesia hingga ke Sumatera Utara, tak banyak hal yang bisa dilakukan masyarakat. Apalagi, sejak pemberlakuan social distancing dan 'merumahkan' masyarakat, aktivitas warga kian terbatas, begitu juga dengan pelaku usaha kecil menengah (UKM).

Salah seorang pelaku UKM asal Serdang Bedagai menyatakan, wabah corona virus disease (Covid-19) membuat bisnis para UKM 'babak belur'. Tak ada pembeli, tak ada pemasukan dan ancaman gulung tikar bisa saja terjadi.

"UKM hancur-hancuran, usaha terpuruk tajam. Dari 100 persen, kini tinggal 15 persen, turun tajam, pembeli gak ada," keluh A Liong, Jumat (3/4/2020).

Apalagi, kata A Liong, saat ini banyak restoran ataupun rumah makan tutup, sehingga usaha peternakan ayam potong miliknya terganggu.

"Orang yang belanja tidak ada, orang semua ketakutan terkait corona, tagihan listrik masih dibayar terus. Kata Bapak Presiden, 1.300 watt hanya dibayar 50 persen saja, bagaimana dengan kami yang 2.200 watt? Tetap bayar biasa saja," bebernya.

Tagihan listrik sendiri, imbuh A Liong, rata-rata per bulan, yang di kandang ayam sebesar Rp3,5 juta dan di rumah tagihan listrik hingga Rp 2,2 juta. "Bayar listrik saja sudah pening," lirihnya.

"Orang enggak ada ambil barang, sementara yang ternak ayam potong hancur-hancuran, tadi saya belanja ke pajak, sekilo ayam potong cuma Rp20 ribu. Orang semua gulung tikar, kami juga memohon perhatian dari Forda UKM Sumut agar kondisi ini bisa pulih dan baik," harapnya.

"Bapak Presiden bantu kami supaya bisa sempurna. Mohonlah Bapak Presiden dan menteri perekonomian supaya usaha UKM seperti kami ini bisa dipulihkan kembali. Kalau terus seperti ini, gaji anggota saja tidak sanggup lagi. Kalau terus-terus begini, betul betul angkat tanganlah kita," ungkapnya.

Tak hanya itu saja, A Liong juga menyesalkan terbatasnya dan mahalnya harga pakan ternak ayam.

"Harga pakan ternak naik. Sejak Corona, naik 2 kali pakan ayam, dari Rp5.600 per kilogram, kini menjadi Rp6.200 per kilogram," tukasnya.

Di Kabupaten Langkat, hal senada juga dirasakan oleh pelaku UKM lainnya. Seperti yang disampaikan Harun. Owner Art & Craft of Furniture ini menerangkan, perekomian mati.

"Kita buka toko, enggak ada satupun orang yang berkunjung ataupun membeli, sementara kita gunakan listrik dan tagihan juga harus dibayarkan," tuturnya.

Seharusnya, imbuh Harun, hal ini dapat ditangani secara serius oleh pemerintah, apakah listrik digratiskan selama corona dan juga seperti tagihan yang lainnya.

"Seharusnya listrik juga, kalau perlu telepon dan usaha yang menggunakan WiFi juga bisa digratiskan, karena Telkom kan punya pemerintah. Ekonomi enggak ada yang berjalan," terangnya.

Dia menotalkan hampir 70 - 90 persen penurunan usahanya.

"Hampir total (penurunan), kisarannya 70-90 persen mengalami penurunan, tinggal yang 10 persen saja yang ada. Karena semua masyarakat masing-masing enggak ada aktivitas, enggak ada pemasukan, sementara kebutuhan mereka terbatas," terangnya.

Jadi saat ini, imbuh Harun, kalau membeli selain kebutuhan bahan pokok, itu tidak ada lagi. Apalagi menjelang puasa dan lebaran, orang butuh stok untuk bulan puasa, ditambah lagi wabah Corona dan tak ada aktivitas, sehingga masyarakat hanya memilih untuk kebutuhan pokok saja.

"Jadi UKM mengalami penurunan dengan kondisi seperti ini," katanya.

Begitu juga dengan, Rita. Pengusaha dodol asal Serdang Bedagai ini, mengaku penurunan omzet sangat drastis.

"Kami drastis tinggal nol koma sekian persen, 95 persen wes abis," jelasnya sembari mengatakan mencoba beralih ke bisnis online buah-buahan segar.

Meski Presiden Jokowi telah mengumumkan kebijakan relaksasi kredit, yaitu salah satunya bagi usaha mikro kecil (UMKM), namun fakta di lapangan tidak demikian.

"Enggak ada, saya malah ditekan oleh salah satu bank dan wajib bayar cicilan. Enggak ada itu, kata pihak bank, itu dikecualikan untuk yang terkena covid ada keringanan," terangnya.

"Ya berusaha dan berdoa saja lah, pemerintah juga enggak bisa ngasih solusi," ketusnya.

Di kota Medan sendiri juga mengalami hal yang serupa. Seperti yang disampaikan Sofia. Pelaku UKM ini mengaku bisnis yang tengah dia geluti hampir 100 persen mengalami penurunan.

"Kalau seperti kami ini harus dibantu dengan online. Kalau rumahan, bisa dikerjakan di rumah, tapi kita beda, harus dengan online," ungkap owner salah satu kursus terkemuka di Kota Medan.

"Seperti kami yang buka les, dialihkan ke online, harus pakai perangkat, kalau enggak ada perangkat, enggak kan bisa. Kalau kami punya perangkat, tapi belum semua siswa kita yang juga memiliki perangkat yang sama seperti laptop ataupun handphone," tukasnya.

Sekarang ini, lanjut Sofia, orang hanya membeli untuk kebutuhan pokok saja. Sedangkan yang lain tidak begitu dipikirkan lagi.

"Kita bergerak di kursus, sementara saya juga rumahkan dulu karyawan, tapi kita kasih full gaji untuk bulan ini," terangnya.

Untuk sementara ini, Sofia memilih slow down dulu sembari melihat situasi.

"Sekarang mau diganti usaha juga enggak bisa, enggak berani bergerak sementara ini," ungkap Sofia yang juga akrab disapa Teng.