MEDAN-Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama bisa jadi leader dan harus 'jemput bola' dalam hal kesehatan masyarakat.

Maka harus dibuat langkah-langkah konkrit yang bisa mengoptimalkan fungsi Puskesmas.

Demikian salah satu point diskusi Ruang Aspirasi Gerakan Medan Berkah yang digagas Bobby Nasution, Kamis (20/2/2020) di Media Center Medan Berkah.

Diskusi menghadirkan Dosen Fakuktas Kesehatan Masyarakat (FKM) USU Destanul Aulia PhD, Direktur Nyfara Foundation Tengku Adri, Forum Wartawan Kesehatan (Forwakes) dan mahasiswa Al Azhar Medan.

Destanul Aulia menyebutkan optimalisasi puskesmas bisa dimulai dari peningkatan SDM yang ada. "Infrastruktur dan alat medis juga harus bisa benar-benar sesuai kebutuhan. Dan yabg terpenting punishment dan reward bagi tenaga Puskesmasnya jelas," kata lulusan SKM Malaysia tersebut.

Destanul Aulia menegaskan pentingnya seleksi Kepala Puskesmas yang punya leadership mumpuni.

Yang memiliki konsep Miracle, yakni Managerial, Inovatif, Riset, Apprentice, Comutarian, Leadership dan Educatif. "Konsep miracle ini bisa jadi acuan dalam seleksi kepala puskesmas ke depan. Karena Puskesmas bukan menunggu, tapi jemput bola," kata Destanul.

Sementara Direktur Nyfara Foundation, Tengku Adri lebih fokus pada langkah promotif Puskesmas. Menurutnya, selama ini fungsi promotif pelayanan Puskesmas tidak berjalan. "Harusnya di era digital ini bisa dibuat seperti Sistem Informasi Puskesmas. Masyarakat bisa mendaftar lewat online untuk menghindari antrian dan sebagainya," kata Tengku Adri.

Dari sistem itu, sambung Adri, maayarakat juga bisa mengetahui data medical record yang dimiliki Puskesmas. "Dari data itu bisa diambil langkah tindaklanjut apa yang mesti dilakukan ke depannya. Jadi base on data, bukan berdasarkan kira-kira," kata Adri.

Ketua Forwakes Medan, Yunan menyoroti pemerataan dan ketersediaan dokter spesialis yang ada di Puskesmas. Menurutnya, dokter spesialis enggan ditempatkan di Puskesmas berkaitan dengan anggaran yang disediakan. "Ya kalau dokter spesialis ada tapi peralatan tidak memadai di Puskesmas, ya sama saja. Harus ada perhatian ke sini. Dokter spesialis di Medan stok banyak, tapi ya jangan disamakan dengan dokter umum," kata Yunan.

Untuk mengurai persoalan keengganan dokter spesialis itu, Yunan menyarankan Pemerintah membiayai sekolah calon dokter spesialis. Untuk kemudian bisa ditempatkan di Puskesmas. "Jadi kalau mau disekolahkan, maka akan diatur untuk ditempatkan di Puskesmas. Kalau gak mau ya sudah," kata Yunan.

Diskusi menyimpulkan bahwa optimalisasi peran Puskesmas sangat bisa membantu pelayanan kesehatan warga Kota Medan.

Sementara itu, Bobby Nasution melalui Manajer Komunikasi Gerakan Medan Berkah Muhammad Asril menerangkan rekomendasi diskusi menjadi masukan penting bagi tata kelola pemerintahan ke depan. "Tema ini sengaja kita angkat sesuai harapan Bang Bobby Nasution agar kesehatan masyarakat benar-benar diperhatikan dan mencari solusi dari kendala yang ada. Jadi tidak sekadar cakap-cakap," kata Asril.