MEDAN-Berbicara tentang puisi, kini identik dengan bahasa “penikmat senja”, “si pecinta indie”, “melankolis”, dan sebagainya. Terlebih jika puisi dikaitkan dengan gaya hidup generasi millenial yang serba modern dan instan, maka tidak jarang mereka mereka yang masih menggeluti bidang puisi sering dianggap kuno dan tidak menarik. Bagaimanapun setiap karya memiliki penikmatnya masing-masing.

Rassya Priyandira salah satunya, pemuda kelahiran 19 Januari 2001 ini sejak duduk di bangku sekolah sudah tertarik dengan dunia syair-syair bernada yang berjaya era tahun1940 – 1980an. Ia yang juga merupakan anggota teater sekolah, memiliki dasar kuat di bidang kesastraan dan seni. Ditambah lagi, ia memiliki bakat bermain alat musik yang cukup mumpuni. Rassya menjadi paket komplit seorang seniman sejati.

Karena kesenangannya tersebut, berhasil mengantarkan ia menyabet beberapa juara pada kompetisi musikalisasi puisi mulai dari tingkat daerah hingga nasional. Adapun kejuaraan yang pernah ia ikuti yaitu Festival Musikalisasi Puisi tingkat provinsi yang diadakan di Medan, dilanjutkan dengan kegiatan serupa bertaraf se-kepulauan (Sumatera) yang berlangsung di kota Padang, hingga mencapai puncaknya ketika Rassya mengikuti kejuaraan berlevel nasional di Jakarta.

Selain musikalisasi puisi, Rassya yang mahir memainkan alat musik juga tergabung di salah satu band yang ia dirikan bersama teman temannya yaitu Story for Luna. Band beraliran post rock ini memulai debutnya di tahun 2017 silam dan mulai mengembangkan sayapnya di dunia permusikan lokal. Single terbaru mereka “Stay or Leave, End It” kini dapat didengarkan di aplikasi musik online seperti Spotify.

Di Story for Luna sendiri, Rassya memainkan alat musik Bass. Hal ini tidak mengherankan. Memiliki kemampuan bermain gitar, Rassya dengan cepat beradaptasi dengan gitar bass.

Melalui hobi bermain gitar, tidak seperti musikalisasi puisi, cakupan publikasi Rassya lebih luas. Selain bisa menuangkan hobinya tersebut dengan menjadi salah satu personil band, ia mengakui lebih banyak kompetisi atau festival dengan cabang lomba alat musik, terutama gitar. Maka dari itu, kini, Rassya cukup fokus dengan hobi gitar nya dibanding musikalisasi puisi yang memang tidak semarak. Adapun kegiatan kegiatan yang mendukung hobinya yang sudah pernah ia lakukan adalah kejuaraan FLS2N tingkat Kota Medan, dan beberapa festival sekolah juga universitas.

Dibalik kesibukannya sebagai personil band, Rassya tetap tidak melalaikan tugasnya sebagai mahasiswa. Ia tetap aktif berkuliah di Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara (USU). dan kini sudah duduk di semester dua. Bahkan, ia juga mengikuti organisasi di kampusnya sebagai reporter di Pers Mahasiswa PIJAR.

Rassya juga beberapa kali ditunjuk sebagai penanggungjawab kegiatan di kampusnya. Rassya siap dengan konsekuensinya. Ia harus membagi waktunya dengan baik agar semua kegiatan bisa dilakukan. Menurut Rassya, hal ini terlaksana karena didasari niat. "Membagi waktu secara maksimal mungkin saja jika didasari niat yang siap," ujar Rassya.

Kini, besar harapan Rassya bahwa generasi muda kini mau melestarikan budaya sastra Indonesia meskipun dilanda efek globalisasi besar-besaran. Dikatakan Rassya, generasi muda Indonesia sebenarnya sangat mumpuni dalam segi kreatifitas apalagi bidang sastra.

Hanya saja, memang butuh tekad dan motivasi yang kuat agar mau berpartisipasi melestarikan budaya. "Indonesia harus lebih memikirkan tingkat kecerdasan non-akademis generasi mudanya. Karena tidak semua orang memiliki karakter yang sama. Ia berharap musikalisasi puisi ataupun hobi hobi lainnya tidak lekang oleh perkembangan zaman," Pungkasnya.*