JAKARTA - Direktur Eksekutif Lingkar Madani, Ray Rangkuti menilai, secara psikologis Capres 01 Joko Widodo, nampak mungkin tidak percaya diri keluar sebagai pemenang Pilpres 2019 kontra Prabowo Subianto. Indikasinya, adalah 'perburuan' aktivis yang kontra Jokowi sebagai petahana, dengan dugaan makar.

"Ada mungkin unsur tidak percaya diri bahwa dia (Jokowi, red) sudah menang (Pilpres, red)," kata Ray dalam diskusi di Gado-Gado Boplo, Jakarta, Sabtu (11/05/2019).

Ray menilai, sikap Jokowi yang 'seperti orang kalah' berpotensi pada penggunaan kewenangannya sebagai petahana untuk menghentikan orang-orang yang mempertanyakan keabsahan kemenangannya dalam Pemilu. Seperti diketahui, Jokowi masih unggul berdasarkan hitung cepat berbagai lembaga survey dan Situng KPU yang bergerak dinamis hingga Pleno 22 Mei, menadatang.

Sebaliknya, kata Ray, Jokowi semestinya terlihat lebih santai, mengayomi, dan memberikan imbauan bersifat menyantuni, "sambil terus menerus katakan, 'ayo kita tunggu hasil pemilu, penghitungan di KPU', jika Jokowi bersikap percaya diri memenangkan Pilpres.

Ray pun mengingatkan agar Jokowi beserta perangkat pemerintah tidak bermudah-mudah menisbatkan 'makar' pada warga negara, karena "itu berbahaya bagi demokrasi,".

Seperti diketahui, sederet nama oposan berurusan dengan hukum atas dugaan makar, di antaranya; Eggi Sudjana (Aktivis Hukum dan Politikus PAN), Kivlan Zen (Purnawirawan TNI yang juga senior mantan Presiden RI, SBY).

Ada juga politisi Gerindra, Permadi yang rencananya akan diperiksa Polisi pada 14 Mei 2019 terkait dugaan seruan revolusi.

Di luar politisi, ada juga tokoh-tokoh pendukung Prabowo-Sandi yang 'akrab' dengan aksi massa muslim, kini berurusan dengan polisi. Sebut saja Ustadz Bachtiar Nasir (Sekjen MIUMI dan aktivis 212), Ustadz Slamet Maarif (Ketua PA 212), Ustadz Haikal, dan lainnya.

"Jangan sampai ini terindikasi semacam kriminalisasi kepada pendukung Pak Prabowo, agar para pendukung Pak Prabowo menjadi ciut nyalinya untuk kritis kepada pemerintah maupun kepada kecurangan yang terjadi dalam pemilu ini," kata Waketum Gerindra, Andre Rosiade kepada wartawan Jumat (10/05/2019) lalu.***