ASAHAN-Jaringan Demokrasi Indonesia (JaDI) bersama Kampus UNA (Universitas Asahan) menggelar Diskusi Publik Lawan Hoax dan Politisasi Sara Jelang Pemilu 17 April mendatang di Kampus UNA, Kamis (7/2/2019).

Dalam kegiatan tersebut di Narasumberi oleh Presidium JaDI Sumut Benyamin Pinem, Ketua KPU Kabupaten Asahan Hidayat SP, Wakil Rektor II UNA Drs Zulkifli Simatupang, dan dimoderatori oleh Linda Sari Agustina JADI Asahan serta di ikuti oleh Mahasiswa UNA, Ormas dan LSM.

Ketua KPU Kabupaten Asahan Hidayat SP menjelaskan bahwa paling tidak ada empat hoax yang sudah dihembuskan untuk menyerang penyelenggara pemilu khususnya KPU.

"Jadi Hoax ini memang sudah menyerang penyelenggara pemilu," tegas Hidayat dihadapan sekitar 250 mahasiswa dan aktifis ormas se-Kabupaten Asahan.

Menurut Hidayat, ada empat hoax yang sudah diarahkan oleh pihak-pihak yang punya kepentingan untuk menyerang KPU dan jajarannya yakni Pertama terkait kotak suara yang diisukan terbuat dari kardus, Kedua terkait surat suara tercoblos 7 kontainer, Ketiga adanya informasi 14 juta orang gila yang masuk kedalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan yang keempat adanya sekitar 31 juta pemilih siluman.

"Semua informasi hoax itu, sangat jauh dari fakta-fakta kepemiluan yang ada. Maka itu, saya mengajak peserta diskusi publik bisa cerdas untuk melihat keadaan saat ini, terkhusus KPU dan jajarannya sudah bekerja secara maksimal dalam mempersiapkan pemilu", jelas Hidayat.

"Karena KPU Kabupaten/Kota merupakan perpanjangan tangan dari KPU RI, ada upaya untuk menangkal hoax terkait fakta-fakta kepemiluan yang benar. Jadi ini yang akan kami lakukan sampai ke jajaran paling bawah," kata Hidayat lagi.

Sementara itu Wakil Rektor II UNA Drs Zulkifli Simatupang, M.Pd, mengatakan bahwa hoax itu memang dibuat dengan sengaja untuk menyerang pribadi atau kelompok tertentu. Maka itu ia menegaskan sangat perlu dilakukan inisiatif melawan hoax, karena informasi menyesatkan seperti hoax melupakan subtansi bernegara.

"Kondisi saat ini membuat kita lupa pada substansi bernegara. Bahwa substansi bernegara ini untuk mensejahterakan rakyat, Memberikan kemudahan bagi rakyat. Itu substansi bernegara," tutur Zulkifli Simatupang.

Zulkifli juga mengatakan bahwa tindakan melawan hoax bisa dimulai dari diri sendiri dengan banyak membaca dan memferivikasi informasi yang diterima.

"Kelompok masyarakat yang rentan hoax adalah kelompok yang jarang mendapatkan informasi yang benar. Itu sebuah hal yang pasti," ungkap Zulkifli.

Kondisi saat ini menurut Zulkifli sudah sangat kritis karena virus hoax sangat mengganggu kerukunan di masyarakat. Maka itu, dia mengajak semua pihak yang punya kepentingan pada pemilu dan demokrasi untuk berpolitik secara santun. "Kita kehilangan subtansi berpolitik. Jangan selalu menyalahkan pemimpin saat ini. Ini sudah sangat kritis dan sangat memprihatinkan".

Presidium JaDI Sumut, Benyamin Pinem, mengamini apa yang dikatakan Zulkifli. Menurutnya perlu upaya yang lebih keras untuk melawan hoax dan menolak politisasi SARA. JaDI Sumut mempunyai komitmen untuk ikut menciptakan iklim demokrasi yang damai. Sebagai komunitas mantan penyelenggara pemilu, JaDI Sumut juga menginginkan Pemilu 2019 berjalan lancar.

Benyamin menambahkan, Diskusi Publik Jelang Pemilu 2019 yang dilaksanakan JaDI Sumut ini sudah dilakukan di tiga titik, yakni di Universitas Medan Area (UMA), Universitas Islam Negeri (UIN) Sumut dan Universitas Asahan (UNA). Selanjutnya JaDI Sumut juga akan menggelar diskusi serupa pada Jumat (8/2) besok di Universitas Al Washliyah Labuhan Batu. Dalam kegiatan diskusi publik ini, JaDI Sumut selalu melibatkan jajaran KPU dan Bawaslu sebagai narasumber. Selain itu, pelibatan akademisi juga menjadi point penting JaDI Sumut dalam melaksanakan diskusi yang bertujuan melawan Hoax dan politisasi SARA ini.*