TOBASA-Ratusan tahun silam di Tanah Batak Kab Toba Samosir ada makanan khas yang diolah secara tradisional dari bahan susu kerbau, mereka menyebutnya red Bagot/Dali ni Horbo (Susu Kerbau).

Penganan Bagot/Dali ni Horbo (susu Kerbau) ini diolah asli dari susu murni Kerbau dan masih segar yang diperah dan dimasak dengan cara tradisional dengan resep alamiah tanpa ada bumbu hasil racikan pabrik atau bahan Kimia makanan era modern ini.

Lerdy boru Nadapdap (53) bersama suaminya Jamel Sitorus (51) mengawali kisahnya, ia membuat bagot untuk mencari tambahan ekonomi, disamping bertani. "Saya memiliki 3 orang anak semuanya laki laki dan kesemua anak kami sekolah. Pekerjaan suami saya adalah bertani dengan lahan persawahan milik kami yang tidak seberapa,"ungkapnya.

Ia berharap dari pekerjaannya itu bisa mencukupi kebutuhan kehidupan keluarga serta biaya sekolah anak anaknya.

"Saya kelola dari hasil susu murni kerbau milik kami sebanyak 3 ekor, namun yang bisa memproduksi susu murni untuk saat ini hanya 1 ekor kerbau milik kami," kisahnya.

Dari hasil tambahan menjual susu kerbau diluar hasil bertani keluarga ini mampu menyekolahkan tiga anak anaknya, satu diantaranya duduk dibangku kuliah.

Lerdy bersama suaminya memulai mengerjakan bagot sejak pukul 4.00 pagi dengan memeras susu. "Jadi sangat penting adalah kerbau ini harus makan kenyang. Dan untuk mendapatkan makanan kerbau digembalakan siang hari," ujarnya.

Kerbau yang di perah adalah kerbau yang masih memiliki anak dan sedang menyusu. "Saat kita mau memerah Kerbaunya, sebelumnya kita harus memisahkan anaknya dari induknya disaat sore hari, disaat mau dimasukkan kandangnya.

"Induk dan anaknya harus terpisah kandang supaya si anak tidak menyusu untuk satu malam itu supaya air susu induknya terkumpul dengan baik," paparnya.

Sebelum susu diperah, terlebih dahulu membersihkan bagian Payudara kerbau supaya bersih dari kotoran. Susu tidak semua diperah, sebagiannya ditinggalkan untuk susu anak kerbau yang sedang menyusui.

Lebih lanjut dijelaskannya, untuk 1 ekor Kerbau miliknya dapat menghasilkan 3 botol bir air susu Kerbau (9 gelas) yang nantinya di olah (dimasak) untuk menghasilkan 22 s/d 23 bokor (sanga- sanga bahasa Batak,red) dengan tebal 1 Cm dan diameter +_ 10 Cm per Bokornya (sanga-sanga).

"Untuk memasak air susu kerbau murni untuk diolah menjadi penganan atau makanan Bagot kita olah dengan cara tradisional yang menggunakan api pembakaran kayu dengan nyala api seperti api pembakaran arang, tidak boleh terlalu menyala apinya harus rata (kecil) dari awal memasak hingga akhir sampai matangnya susu," jelasnya.

Susu kerbau sebelum dimasak terlebih dahulu diresep dengan menggunakan daun Pepaya (Kates) dan ada juga yang membuat bahan campurannya dari nenas yang masih muda sekali. "Hanya ke dua bahan inilah yang bisa di gunakan untuk resep pembuatan bagot.

Pengusaha dohot lainnya Mama Bornok boru Simangunsong (53) warga Desa Narumonda III Dusun Lumban Tao Kec Siantar Narumonda ini juga menyampaikan, Kalau menggunakan bahan lain di luar dari ke dua bahan tersebut dipastikan rasanya beda. "Khasnya beda, Susu Kerbau (Bagot/Dali ni Horbo) ini akan hilang dan tidak seperti yang kami produksi dan jual saat ini, " terangnya.

"Kami berharap kepada Pemerintah Kabupaten Toba Samosir melalui Dinas Pariwisata dan PERINDAKOP untuk membantu kami dalam hal pemberian bantuan dan dukungan untuk pengembangan dan peneganalan kepada publik,"imbuhnya.

"Kami juga sangat berharap pihak pemerintah Kabupaten bisa memberikan kepada kami bantuan berupa alat pemasak Bagot ini berupa tungku perapian yang bisa menahan suhu panasnya api dengan normal tidak berlebihan atau terlalu menyala. Karena untuk memasak penganan ini harus dengan suhu api yang bisa bertahan normal dari awal memasak hingga matangnya susu.

"Dengan kehadiran serta keberadaan makanan khas tradisonal Bagot/Dali ni Horbo (susu Kerbau) dari suku Batak Toba ini tentunya akan menjadi sebuah kebanggan bagi daerah Tanah Batak Toba Kab.Toba Samosir sebagaimana saat ini program Pemerintah Pusat untuk pengembangan Destinasi Pariwisara Danau Toba yang digadang gadang menjadi Monaco of Asia, " tegasnya.

Ditanya mengenai harga untuk 1 bokor (sanga-sanga) sebelum di bulan Desember 2018 mereka menjual per 1 bokornya (sanga-sanga) dengan harga Rp.10.000 s/d Rp.15.000).tetapi untuk di bulan Desember 2018 ini harga agak naik karena permintaan lumayan banyak dan hasil produksi tidak seberapa. "Kita untuk saat ini menjuak per bokornya(sanga-sanga) dengan barga paling murah seharga Rp.25.000 s/d Rp.30.000," terangnya.*