MEDAN — Dalam upaya mengedukasi seputar bahaya kanker dan angka kejadiannya yang semakin meningkat, Prodia menyelenggarakan seminar bagi masyarakat umum terkait kanker, Minggu (16/12/2018). Seminar ini juga diselingi dengan upaya memperkenalkan pemeriksaan terbaru, yaitu Prodia Genomics - CArisk yang telah dikembangkan Prodia.

Dalam seminar ini, Pembicara Genetic Counselor, dr. Rendy Rachmadan Pohan memaparkan penyakit khusus kanker serta perhitungan polygenic rfsk score; dan Product Specialist Prodia Karina Restu Fitriana memaparkan aspek laboratorium pemeriksaan genomik untuk menilai risiko penyakit kanker.

CArisk merupakan pemeriksaan berbasis gen yang dapat menganalisis lebih dari 50 gen dan 64 varian terkait risiko sembilan Jenis kanker, yaitu kanker payudara, usus besar atau kolorektal, serviks, hati, pankreas, paru, lambung, tiroid dan uterus.

"Kanker memang masih menjadi penyakit yang berbahaya dan bagi sebagian orang ini merupakan penyakit yang menakutkan manakala mereka menderita penyakit ini. Namun, seiring perkembangan teknologi medis, masyarakat dapat melakukan pencegahan sejak dini," ujar dr. Rendy.

Kanker ini, lanjutnya, masih menjadi penyakit yang membahayakan. Berdasarkan data Kemenkes pada 2013, tercatat prevalensi penyakit kanker mencapai 0.14 persen atau 347.792 orang dari total populasi penduduk. International Agency fo Reserach on Cancer OARC) World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat 18.1 juta kasus kanker terjadi dan 9.6 juta kematian terjadi pada tahun ini karena kanker. Bahkan disebutkan pada 2030 jumlah penderita kanker di Indonesia meningkat tujuh kali lipat.

Maka dari itu, sambung Product Specialist Prodia, Karina Restu, kehadiran CArisk dapat menjadi salah satu cara bagi masyarakat untuk mengetahui apakah seseorang memiliki risiko kanker berdasarkan genetik.

"CArisk dapat mengidentifikasi faktor risiko jenis kanker familial di mana risiko kanker bisa dialami karena riwayat keluarga, yang bukan keturunan langsung, dan jenis kanker sporadik di mana risiko kanker dapat dialami karena faktor lingkungan dan gaya hidup," jelasnya.

Karina menambahkan, CArisk bukan merupakan sebuah diagnosis. Sehingga hasil yang dikeluarkan perlu dlkonsultasikan dengan dokter untuk mengetahui langkah-langkah apa saja yang dapat dilakukan selanjutnya untuk mencegah kanker.

"Risiko kanker bisa terjadi tidak hanya dari genetik atau keturunan, tetapi bisa timbul karena faktor lingkungan dan gaya hidup tidak sehat. Misal saja mereka yang tidak memiliki risiko kanker dalam keluarga, bisa saja berisiko tinggi mengalami kanker yang disebabkan oleh gaya hidupnya yang tidak sehat. Salah satunya, terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung bahan kimia," ujarnya.

Edukasi CArisk melalui seminar ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para masyarakat terkait adanya pemeriksaan laboratorium klinik terbaru yang dapat mengidentifikasi risiko kanker melalui gen.

"Hal ini dapat membantu masyarakat dalam menentukan pola hidup yang lebih baik untuk mencegah timbulnya kanker," tutupnya.