SIDIKALANG - Festival Danau Toba (FDT) 2018 di Desa Silalahi, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi, Sumatra Utara yang dimulai 5 Desember ditutup Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Dairi, Sebastianus Tinambunan. Penutupan berlokasi di panggung utama di lapangan Desa Silalahi 2.

Ironisnya, penutupan FDT yang merupakan ajang untuk menarik minat wisatawan ke Danau Toba tanpa dihadiri satu pun pejabat Pemerintah Provinsi Sumut dan bupati se-kawasan Danau Toba. Ketidakhadiran bupati ini juga terjadi saat pembukaan, kecuali Bupati Dairi Jhonny Sihotang selaku tuan rumah.

Terpantau, tamu VIP yang hadir hanya Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT), Arie Prasetya.

Anehnya lagi, tidak diketahui siapa yang akan menjadi tuan rumah FDT 2019. Pasalnya, saat menyampaikan pidato penutupan, Sekda Dairi, Sebastianus Tinambunan sama sekali tidak menyinggung kabupaten mana yang akan menjadi tuan rumah FDT tahun depan. Seperti diketahui, tuan rumah digilir setiap tahun 7 kabupaten se-kawasan Danau Toba.

Sepanjang gelaran FDT dimulai sejak tahun 2013, pelaksanaan FDT di Silalahi ini disebut-sebut paling buruk. Di mana, selama pelaksanaan berlangsung 4 hari itu pengunjung sangat sepi. Sehingga, para pelaku ekonomi tidak merasakan dampak signifikan ekonomi pelaksanaan FDT.

Juanda (30), pedagang dodol garut serta Ali (42) pedagang jam dan aksesoris ditemui wartawan di seputaran zona A atau kompleks panggung utama menerangkan, sejak dibuka, Rabu (5/12/2018), omzet penjualan 2 hari hanya Rp.140.000. Sehingga, jika dihitung selama di sini omzet tidak sampai Rp.1 juta.

Juanda maupun Ali mengatakan, mereka datang berjualan ke FDT Silalahi rugi besar. Pasalnya, untung diperoleh dari hasiil penjualan tidak cukup untuk biaya makan selama 4 hari ini. "Kami makan modal datang ke sini," keluh keduanya.

Ali asal kota Medan itu menerangkan, saat pembukaan pedagang penuh. Usai pembukaan, pedagang pindah ke tempat lain karena sepi pembeli.

Ali mengatakan, dibandingkan di Silalahi ini, masih lebih baik FDT 2017 di Sipissur, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas).

Belman Sidabutar (56) penduduk Desa Sialalhi 2 yang berjualan makanan serta minuman dan jasa toilet di lintasan jalan Silalahi-Paropo juga mengatakan hal sama.

Mantan Kepala Desa Silalahi 2 itu menegaskan, sejak dibuka Rabu lalu, penjualan di hari pertama Rp.400.000. Lalu di hari ke 2 sampai penutupan sekarang penjualan rata-rata hanya Rp.150.000.

Belman menyebut, bila dilihat dari jumlah pengunjung, pelaksanaan pesta Tugu Marga Silalahi yang digelar setiap tahun jauh lebih ramai daripada gelaran FDT.

Ia menyebutkan, selama berlangsung pesta tugu, kondisi lalulintas di sepanjang lintasan Silalahi-Paropo macet karena banyaknya pengunjung. Begitu juga dengan kunjungan turis ramai.

"Selama 4 hari ini nyaris tidak ada saya lihat wisatawan mancanegara datang. Artinya, kami sebagai warga lokal mempertanyakan kenapa bisa seperti itu. Padahal gelaran FDT adalah skala nasional, tapi kok kalah pamor sama pesta tugu marga Silalah," ujarnya.

Ia menduga sepinya pengunjung FDT 2018 karena kurang promosi. Belman menyarankan kepada pemerintah daerah serta pemerintah pusat supaya membuat perencanaan matang even ini, mulai dari pemilihan waktu yang tepat, tempat pelaksanaan serta jenis kegiatan.

Sebab, lanjut Belman, pelaksanaan FDT tahun 2018 ini dianggap kurang pas waktunya, karena bersamaan ujian sekolah. Pemprovsu juga diharapkan supaya melakukan koordinasi baik dengan kabupaten sebagai tuan rumah. Sehingga pelaksanaan FDT dimaksud benar-benar bisa memajukan pariwisata atau meningkatkan ekonomi masyarakat di kawasan Danau Toba. *