MEDAN - Kurs rupiah melaju lagi. Membuka bulan ini, Senin (3/12), rupiah diperdagangkan di Rp 14.248 per dollar AS, di pasar spot pukul 10:20.

Rupiah melanjutkan reli setelah sepanjang November menguat 5,9%.

Begitu juga di kurs referensi antarbank, Jakarta Internbank Spot Dollar Rate (JISDOR). Kurs tengah di Bank Indonesia ini juga memperlihatkan rupiah di level Rp 14.252 per dollar AS. Sementara pada Jumat pekan lalu, rupiah berada di Rp 14.339 per dollar AS.

Analis Monex Investindo Futures, Faisyal menyampaikan, penguatan rupiah didorong oleh melonggarnya sikap Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping terkait masalah perang dagang. Dalam pertemuannya di KTT G20 akhir pekan lalu, Trump sepakat menunda pemberian tarif impor terhadap produk-produk dari China selama 90 hari ke depan.

“Sebelumnya, tarif baru yang dikenakan AS dikabarkan akan berlaku pada awal Januari mendatang,” kata dia.

Mitul Kotecha, Senior Emerging Markets Strategist di TD Securities, seperti dikutip Bloomberg juga mengatakan, meredanya ketegangan tentang perang dagang memacu selera investor akan aset-aset berisiko, termasuk rupiah.

Dia mengatakan, penguatan rupiah juga ditopang aksi proaktif Bank Indonesia menjaga mata uang Garuda. Perkiraan dia, rupiah akan tetap bertenaga sampai akhir tahun ini.

Selain itu, pergerakan rupiah akan dipengaruhi hasil inflasi yang akan dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini. Analis memperkirakan, inflasi Indonesia akan di kisaran 3% di Bulan November. Sedangkan analis yang dikumpulkan Bloomberg meramal, inflasi melaju 3,19%.

Faisyal pun memprediksi, rupiah akan menguat sepanjang perdagangan hari ini di rentang Rp14.160-Rp 14.335 per dollar AS.*