MEDAN - Kemenangan dari Persebaya Surabaya sepertinya menjadi kado terindah di saat saat terakhir Peter Butler menjadi juru taktik PSMS Medan. Menang dengan skor 4-0 menjadi pertandingan terakhir Butler di kandang Ayam Kinantan.

Usai pertandingan, Butler menunjukkan senyum sumringahnya. Dia tidak pernah menyangka bisa menang dengan skor yang fantastis.

"Saya mau katakan terimakasih. Rapat tadi sore. Latihan minggu ini sangat baik. Mantap. Semua pemain mantap," kata pelatih berdarah Inggris tersebut.

Pun begitu dia juga mengakui Persebaya yang ditukangi Djadjang Nurdjaman juga bermain apik. Kemenangan malam ini menjadi evaluasi Butler untuk anak asuhnya bersua PS Tira 5 Desember mendatang.

"Saya selalu mau membawa tim tetap punya kesempatan di Liga 1," ungkapnya.

PSMS Medan, kata Butler, sudah banyak perubahan. Para pemain sudah disiplin dan paham tugasnya di lapangan.

"Pemain sudah kerja keras. Mereka sudah disiplin. Besok kita mulai persiapan lawan P S Tira," ungkapnya.

Namun kemenangan PSMS Medan harus tercoreng oleh ulah konyol suporter. Flare menyala dipenghujung laga melawan Persebaya di Stadion Teladan, Sabtu (1/12) malam.

Aksi menyalakan Flare dilakukan suporter yang berada di tribun utara. Memasuki menit ke 88, tiba-tiba asap membumbung disertai cahaya berwarna merah.

Sejak awal memang situasi tribun utara sudah mulai panas.

Wasit pun menghentikan pertandingan sementara. Karena asap memenuhi lapangan dan membuat jarak pandang pemain terbatas.

Para polisi yang berjaga di pagar juga sempat memarahi para suporter. Namun mereka acuh. Flare tetap menyala.

Striker PSMS Medan Frets Butuan angkat bicara. Prajurit TNI itu menganggap, suporter menyalakan flare karena terlalu senang dengan kemenagan PSMS dengan skor 4-0.

Namun Frets juga meminta, agar suporter tidak seperti itu. Karena bisa membuat PSMS didenda oleh Komdis PSSI.

"Kedepan jangan sampai seperti itu jika ada laga kandang lagi," ungkapnya. *