JAKARTA - Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI Nurhayati Ali Assegaf menyampaikan, salah satu poin yang dibahas dalam pertemuan bilateral antara Indonesia dan Uni Eropa adalah perkembangan proses resolusi kelapa sawit.

"Alhamdulillah mereka mengatakan tidak ada yang perlu kita khawatirkan, karena dari pertemuan trilog itu akan ada perubahan. Mereka berubah dari kelapa sawit akan menjadi wood (kayu). Dimana negara-negara harus menjaga tanaman di hutan khususnya penggunaan kayu," papar Nurhayat usai pertemuan dengan Anggota Parlemen Uni Eropa dari Jerman Warren Langen di Brussels, Belgia, Kamis (27/9/2018).

Menurutnya, ini merupakan pencapaian yang positif. Ia mengaku gembira atas keberhasilan itu. "Alhamdulillah karena saya sebagai Ketua Group Kerja Sama Bilateral Indonesia dan Uni Eropa dimana kita selalu membicarakan kelapa sawit," imbuhnya.

Sebagimana diketahui, Parlemen Uni Eropa sempat membuat resolusi yang menyetop penggunaan kelapa sawit dan akanĀ  menggantinya dengan minyak dari biji matahari dan kedelai.

Pada bagian lain, dalam pertemuan tersebut, anggota DPR dapil Jawa Timur ini juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap tumbuh dan maraknya demokrasi yang berdasarkan populis. Ternyata Walter Langen menyambutnya dengan sangat positif dan dia juga mengkhawatirkan hal yang sama.

Menurut legislator Partai Demokrat ini, demokrasi yang berdasarkan populis ini merupakan hal yang kurang baik dimana ini akan menimbulkan sebuah permusuhan. Oleh karenanya, Nurhayati ingin, bahwa Indonesia dan Uni Etopa bekerja sama khususnya sebagai negara demokrasi untuk mengembalikan demokrasi dengan nilai-nilai human right atau hak asasi manusia. "Tidak baik saling memusuhi apapun background-nya. Demokrasi itu memberikan kesempatan kepada semua orang untuk bisa melaksanakan hak-hak politiknya," tegasnya. ***