MEDAN - Ketua Komda Pemantauan dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (PP-KIPI) Sumut, Prof Dr H Munar Lubis SpA (K) menjelaskan, imunisasi terhadap bayi atau anak dilakukan untuk mengunci atau menjadi antibodi agar tidak timbul penyakit. Meski sudah diimunisasi, kata dia, anak masih bisa tertular, tapi risikonya jauh lebih ringan.

“Sedangkan yang belum diimunisasi, sakitnya akan lebih berat, lebih lama dan lebih berbahaya,” tutur Ketua IDAI Sumut ini dalam Diskusi Publik Campak Rubella bersama Jurnalis dan Pemangku Kebijakan Provinsi Sumatera Utara, Sabtu (15/9/2018) di Ruang Rapat II Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan.

Kata Prof Munar, jika menulari anak, campak Jerman ini hanya menimbulkan gejala ringan. Namun, jika diidap wanita hamil, maka cukup berbahaya karena dapat menimbulkan abortus atau bayi lahir dengan CRS atau sindrome kecacatan pada bayi.

“Jadi anak kita diimunisasi untuk melindungi cucu kita nantinya,” ungkap alumni FK USU ini.

Jadi, sambung Prof Munar, program kampanye MR ini harus mencapai cakupan target 95? agar berhasil dan dapat mengeliminasi virus.

Di lain sisi, risiko Kasus Luar Biasa (KLB) untuk penyakit campak rubella mengancam Sumatera Utara. Pasalnya, kampanye Measles Rubella (MR) yang sudah berjalan selama sekitar 46 hari masih belum menunjukkan peningkatan berarti.

Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Sumut, Suhadi menjelaskan, berdasarkan data yang terkumpul hingga Sabtu (15/9/2019), kampanye MR baru mencapai 33,6? dari target. Sedangkan hingga akhir bulan September ini, ditargetkan imunisasi MR dapat diberikan minimal kepada 95? dari sasaran vaksin 4.291.857 anak.

“Sampai saat ini cakupan rendah, terutama di wilayah dengan mayoritas Muslim seperti Madina (Mandailing Natal). Padahal, imunisasi ini tidak akan bermanfaat kalau cakupannya rendah dan tidak merata,” ungkapnya.

Dalam kegiatan yang digelar Forum Wartawan Kesehatan (Forwakes) bekerjasama dengan UNICEF serta Dinas Kesehatan Sumut ini, Suhadi menuturkan, kampanye MR penting dilakukan untuk memutus rantai penularan penyakit yang disebut juga campak jerman ini. Dengan pemberian vaksin kepada semua anak usia 9 bulan hingga 15 tahun, ungkap dia, diharap timbul kekebalan tubuh sehingga penyakit tidak menjadi wabah.

“Karena itu, saya mohon kepada teman jurnalis agar bisa mengungkap cakupan kampanye MR per Kabupaten/kota. Sehingga kepala daerah malu dan bisa mendesak agar program pencegahan penyakit dari pemerintah ini bisa mencapai target,” paparnya. *