JAKARTA - Budayawan Betawi, Ridwan Saidi, hadir dalam deklarasi dukungan dari kelompok emak-emak kepada Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Ia lalu memberi peringatan kepada ketua Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Erick Thohir.

"Ketika Erick Thohir masih kecil, saya sudah bersahabat dengan Ma'ruf Amin. Saya pergi ke rumah beliau itu rumahnya di Lorong 27. Pada suatu malam saya sekitar jam delapan malam mencari-cari rumah beliau, gelap itu zaman kan belum ada pembangunan PLN," ujar Ridwan Saidi di kediaman Djoko Santoso, Jalan Bambu Apus Raya Nomor 100, Jakarta Timur, Jumat (14/9/2019).

Sebelum memberi peringatan kepada Erick Thohir, Ridwan mengungkapkan hubungannya dengan Ma'ruf dan Jokowi. Ia bercerita saat mendatangi Ma'ruf saat masih muda dulu.

"Tahu-tahu saya lihat dari kejauhan ada titik api, saya ikuti titik api ini mudah-mudahan saya bisa tanya sama orang ini, saya masuk tahu-tahunya Ma'ruf Amin lagingerokok, rokoknya Minak Djinggo, kalau diisep apinya meletik-letik kayak kereta yang di Jawa zaman Belanda punya," tuturnya.

Ridwan mengaku rindu bertemu dengan Ma'ruf Amin. Ia bernostalgia mengisahkan ceritanya soal bakal cawapres Jokowi itu. Ridwan juga berbicara soal kebiasaan Ma'ruf mengenakan sarung.

"Saya ingin ketemu, udah kangen benerkarena kalau ketemu kita cuma bercanda-canda aja. Saya nggak ngerti dari mana itu gagasan ngelipet sarung di dada. Karena pengalaman empirik saya ngiket sarung di puser itu lebih kenceng. Jadi Pak Eric Thohir nggak takutlah, kita persahabatan," kata Ridwan.

Kemudian ia juga mengisahkan soal hubungannya dengan Jokowi. Hal tersebut dimulai ketika Waketum Gerindra Fadli Zon mengajak bertemu dengan Jokowi saat Pilgub DKI 2012. Saat itu, Gerindra mengusung Jokowi bersama Basuki T Purnama (Ahok).

"Saya ajukan syarat kalau dia mau didukung sebagai Gubernur DKI, syarat saya dia bubarkan Akademi Jakarta, 9 orang yang diangkat sejak '69 sampai ginihari makan gaji buta, kerjaan nggak ada, kemampuan berpikir nggak ada. Itu nggak dilakoni, ya sudah," kisah Ridwan.

Saat Jokowi terpilih sebagai Gubernur DKI, ia lalu diundang ke Balai Kota DKI. Ridwan mengaku sudah tak sreg lagi terhadap Jokowi tapi tetap datang ke kantor Balai Kota DKI meski hanya sebentar.

"Delapan menit saya bangun saja dan habis itu dia saya hajar terus-menerus sampai gini hari. Mendingan saya keluar dari ruangan Balai Kota," ucapnya.

Ridwan lalu memberi nasihat untuk Erick Thohir, yang kini berada di kubu Jokowi-Ma'ruf. Ia memperingatkan Erick tidak berbicara mengenai strategi pemenangan, meski kini didapuk sebagai ketua timses.

"Persahabatan jalan terus. Tapi saya ingin beri catatan kepada Erick Thohir, dia jangan ngomong strategi, strategi itu militer. Karena strategi adalah perencanaan jangka jauh yang terdiri dari sejumlah taktik," jelas Ridwan.

"Perang itu politik dengan senjata. Politik itu perang tanpa senjata. Dia jangan ngomong strategi, jangan menyentuh istilah yang dia tidak kuasai. Mendingan dia ngomong bakpau, siomay, sekba. Itu Erick Thohir," tambahnya.

Ridwan mengungkap soal pilihannya konsisten mendukung Prabowo. Ia juga memberi pujian untuk cawapres Prabowo, Sandiaga Uno. "Hatinya bersih Pak Prabowo itu. Dia selalu membicarakan orang-orang dalam konteks yang bagus. Mudah-mudahan 2019 jodoh beliau dengan wakilnya Sandiaga Uno. Kesan saya, dia cerdas dengan kerlingan matanye. Nampaknya dia cerdas, Sandiaga Uno dan bisa menyesuaikan diri di mana pun," papar Ridwan.

Ia mengungkap alasannya ikut hadir dalam deklarasi dukungan kelompok Melati Putih Indonesia (MPI) kepada Prabowo-Sandiaga. Ridwan menyebut para pendukung Prabowo itu sebagai orang-orang yang berniat Indonesia menjadi lebih bagus.

"Setidak-tidaknya kalaupun perut kita ini masih belum kenyang, masih lapar karena uang Rp 100 ribu itu kagak lengkap beli sarapan, kurang, apalagi saya tambahinpakai rokok. Jadi yang saya terusik dengan rezim sekarang menghina kecerdasan manusia," tutupnya.***