JAKARTA - Ibarat main catur, dengan masa lalu Prabowo yang selalu dikaitkan dengan kejahatan HAM/Penculikan Aktifis 98 dan Minimnya Prestasi saat berkarier di Militer, Prabowo memulai permainan Caturnya dengan tanpa memiliki dua peluncur.

Hal ini diungkapkan Direktur Kampanye TKN Jokowi-Ma'ruf, Benny Rhamdani melalui siaran persnya, Senin (10/9/2018).

"Disaat Prabowo dengan sadar tidak mengindahkan Ijtima ulama untuk mengambil pasangannya dari kalangan ulama, Prabowo langsung kehilangan dua benteng bidak caturnya," ujar Benny.

Masih kata Benny, ketika Prabowo dengan sadar (kalau bukan karena mahar, red) membatalkan AHY sebagai cawapresnya dan menolak SBY untuk di jadikan sebagai Ketua Tim Suksesnya, Prabowo pun kehilangan langsung dua bidak kuda secara bersamaan

Dan ketika Erick Tohir diangkat sebagai Ketua Tim Pemenangan Jokowi lanjut politisi Hanura ini, membuat catur Politik Prabowo mati langkah. "Jelas, Prabowo tersudut dan kehilangan akal untuk memindahkan bidak catur politik berikutnya. Karena mengulangi langkah ceroboh berikutnya, hanya akan membuat SkakMat bagi dirinya," tegasnya.

Pertanyaannya kata Benny, perlukah Jokowi mengambil kesempatan memindahkan bidak caturnya dan men Skakmat guna mengakhiri perlawanan Prabowo dan mendeklarasikan kemenangannya?

"Rasanya Jokowi tidak perlu menghabiskan energi dan menggunakan tangannya sendiri untuk mengalahkan Prabowo dengan langkah Skakmat nya. Jokowi sudah punya Sandiaga Uno, Cawapres dari Prabowo. Sang 'Mentri' yang bisa kita pinjam tangannya bahkan mulutnya dengan segala kecorobohannya, yang akan menghentikan bahkan mematikan langkah sang "Raja" Prabowo," urainya.

Dengan demikian kata dia, sang Menteri lah yang akan membuat sang Raja Mati dengan sendirinya. "Lihatlah pernyataan-pernyataan kontroversial sang "menteri" yang selalu menghiasi ruang publik. Bahkan pernyataan yang berbau kebohongan dan manipulatif sekalipun. Dimulai Tentang kenaikan dolar dan dampaknya pada harga-harga bawang dan rica di pasaran. Sampai tentang tempe dipasar yang hanya tinggal setipis kartu ATM," tandasnya.

Maka dengan demikian Benny meyakini, semua pernyataan kontroversial Sandi yang menjadi blunder Politik bagi Prabowo, dan hal ini kata dia, akan terus berulang dan dilakukan berulang-ulang.

"Karena itulah cara Sang menteri untuk membuat kapal yang ditumpangi Sang Raja bocor dari dalam. Sebuah cara untuk Sang Raja akhirnya mati bahkan tenggelam dengan kapal yang ditumpanginya," paparnya.

Lalu bagaimana dengan nasib Sang Menteri? Lebih lanjut Benny mengatakan, bagi Sang Menteri, Pilpres 2019 bukanlah pertarungan sesungguhnya dan target politik yang sebenarnya.

"Pilpres 2019 bagi Sang Menteri adalah pintu masuk, tangga sekaligus batu loncatan untuk Pilpres yang sesungguhnya di tahun 2024. Permainan catur di meja Pilpres 2019, bagi sang Menteri hanyalah latihan sekaligus pemanasan menuju Tournamen yang sesunghuhnya dan sebenarnya di Tabun 2024," ceritanya.

Bahkan tidak hanya itu saja kata Benny. Sang Menteri sedang mempersiapkan diri untuk mengambil alih kepemimpinan politik menjadi orang nomor satu di Partai yang selama ini dikuasai Sang Raja, untuk dijadikannya sebagai kendaraan politiknya untuk maju di Pilpres 2024 yang diyakini sejak awal adalah jawaban atas takdir pencapaian target politiknya.

"Sang menteri sedang memainkan peran yang.cantik, dan Jokowi tetap Syantik menjadi Presiden RI untuk 1 periode lagi berikutnya. Aamiin," pungkas Benny yang juga senator asal Sulut itu.***