PALANGKARAYA-Dewa Rizky Achmad (19), yang dinyatakan meninggal oleh RSUD Doris Sylvanus pada Senin (9/7) akibat dipatuk ular king cobra peliharaannya, hingga kini belum juga dimakamkan keluarga. Keluarga masih menjalani ritual karena yakin Rizky mati suri. "Sampai sekarang memang korban belum dimakamkan dan masih ada di luar rumah," kata Kapolsek Pahandut Palangka Raya AKP Roni Wijaya  Selasa (10/7/2018).

Jenazah Rizky ditempatkan keluarga di luar rumah di dalam kelambu. Di dalamnya juga dimasukkan ular king cobra yang mematuknya. Keluarga meyakini Rizky bisa bangkit dari mati suri jika ular itu mematuk tubuh korban.

Menurut AKP Roni, rumah korban di Jalan Danau Rangas, Kelurahan Bukit Tunggal, Kecamatan Jekanraya, Palangka Raya, juga masih banyak didatangi orang. Orang yang datang antara lain sanak famili, teman korban, dan warga sekitar.

"Kami dari Polsek Kota Palangka Raya tetap mengamankan sekitar rumah korban jika banyak orang yang datang," ujarnya.

Rizky dipatuk king cobra peliharaannya di car free day (CFD) Bundaran Besar Palangka Raya, Minggu (8/7). Ular dengan panjang sekitar 3 meter itu sempat diamankan sebelum Rizky dilarikan ke UGD RSUD Doris Sylvanus.

Pihak RSUD Doris Sylvanus kemudian mengabarkan nyawa Rizky tak tertolong. Rizky dinyatakan meninggal dunia pada Senin (9/7) sekitar pukul 08.30 Wita.

"Kalau dokter sudah menentukan kematian haknya dokter, dan dokter sudah tahu bahwa dia tanda-tanda kematian, dipasangi bed side monitor itu merekam irama jantung dan irama napas. Nah, dokter yang menangani, dr Raymond, menyatakan bahwa 08.30 Wita itu meninggal," ujar Kepala Bidang Diklit-SDM-Humas RSUD Doris Sylvanus dr Theodorus Sapta Atmadja kepada detikcom, Senin (9/7) malam.

Theo, sapaan karibnya, menerangkan Rizky mengalami cardiac arrest alias gagal jantung akibat dipatuk king cobra."Jadi pasien ini tergigit ular king cobra yang besar karena panjangnya 3,8 meter, bisanya banyak dan mengakibatkan depresi jantung dan depresi pernapasan, dan mengalami cardiac arrest dan pasien ini terjadi penurunan kesadaran," jelasnya.

"Bisanya lumayan banyak yang masuk ke korban walaupun kita sudah beri serum antibisa ular, antiobiotik. RSUD Doris Sylvanus sudah berusaha dan semaksimal mungkin. Mungkin toksinnya terlampau kuat dan banyak sehingga korban tidak tertolong," sambung Theo.

Theo menerangkan pihaknya juga sudah berkonsultasi dengan dr Maharani sebagai konsultan untuk kasus gigitan ular se-Indonesia saat menangani Rizky. Theo menyebut penanganan untuk Rizky sudah benar. Namun nyawa Rizky tidak terselamatkan.