JAKARTA - Akhir-akhir ini, eskalasi nama Anies Baswedan sebagai nominator capres 2019 tak lagi dapat dibendung. Sejumlah ulama, aktivis dan akademisi mendeklarasikan Anies Baswedan for RI1 di berbagai wilayah. Gelombang deklarasi Anies terus mengalir.

Hari inipun ada deklarasi Anies for RI 1 di Gedung Juang 45 Jakarta oleh para aktivis. Melihat fakta dukungan kepada Anies yang semakin membesar, PKS dan PAN pun akhirnya merespon. Ambil langkah cepat.

Kepada media, kedua partai ini telah menyatakan dukungannya kepada Anies. Tidak hanya parpol, tapi juga sejumlah tokoh penting. Termasuk orang nomor dua di Indonesia, Jusuf Kalla (JK). Kalla dukung Anies?

Lawatan JK ke rumah SBY dimaknai banyak pihak sebagai "King Maker" Anies. Publik tahu, JK adalah inisiator pertama Anies nyagub di DKI. Insting JK terbukti. Anies maju dan menang.

Tidak JK-AHY? Pasangan Wisdom-Passion? Jauh dari nyata. Pernyataan JK menunjukkan itu. Publik membaca Itu sebagai bagian dari cara Demokrat bermanuver sebelum memasangkan Anies-AHY. Muter dulu. Pegang JK-nya, baru Anies. Kalau langsung ke Anies, JK bisa terabaikan. Faktor JK itu penting. Sebab, tokoh satu ini bertangan dingin dalam mendesign seorang calon.

Empat kali Anies diminta dampingi JK satu mobil dalam berbagai acara, bahkan diantar ke Balaikota, adalah sinyal. Seolah JK ingin memberi pesan: "Aku Calonkan Anies".

Pesan itu kuat sekali. JK seorang politisi yang sangat berpengalaman. Pilihan terhadap tindakan tentu telah diperhitungkan secara politis. Termasuk mengajak Anies duduk dalam satu mobil. Empat kali. Dalam waktu yang berdekatan.

Partainya? PKS punya 40 kursi, dan PAN 49 kursi. Masih kurang. Butuh minimal satu partai lagi. Tapi, JK adalah negosiator ulung. Ia selalu mampu mengatasi kebuntuan, Demokrat dan Gerindra sedang buntu. Bukan JK kalau tidak mampu mengatasi situasi politik ini.

Bukankah Gerindra punya Prabowo? Betul. Tapi, Gerindra tak cukup untuk usung Prabowo. PKS dan PAN? Pernyataannya mendukung Anies adalah bentuk penolakan yang halus terhadap Prabowo. Gerindra sadar itu.

Gerindra ngotot? Tentu tak realistis. Prabowo adalah seorang tokoh yang sangat rasional. Selalu melihat fakta di lapangan. Nyapresnya bukan harga mati. Ia sangat adaptif terhadap situasi. Apakah kali ini Prabowo legowo? Prabowo bisa legowo. Entah Gerindra. Sebab, ini menyangkut nasib elektoral caleh-caleg Gerindra.

Hal yang paling realistis dilakukan Gerindra adalah ekskusi Anies sebagai kader, lalu calonkan. Maka, Gerindra tetap jadi dirijen. Berada di garis depan koalisi partai pengusung. Lalu ajak Demokrat.

Demokrat mau? Tak ada alasan bagi Demokrat untuk menolak. Mengapa? Pertama, kalau tidak mau, Demokrat mau koalisi sama siapa? Punya calon siapa? Gabung dengan Jokowi? Ada Golkar yang lebih besar. Ada juga PDIP yang punya masa lalu yang tak terselesaikan secara psikologis dengan Demokrat. Maka, bergabung dengan Gerindra, PKS dan PAN akan lebih strategis. Harga politiknya lebih tinggi dari pada bergabung dengan Jokowi. Sebab, Demokrat bisa mengajukan AHY sebagai cawapres Anies. Anies-AHY.

Realistis, mengingat Demokrat punya kursi terbanyak setelah Gerindra, dan AHY adalah tokoh muda yang punya elektabilitas tertinggi sebagai cawapres. PKS dan PAN mesti bisa mempertimbangkan dua faktor itu.

Kedua, Anies rising star. Kuda hitam ditengah nafsu rakyat ingin ganti presiden. Sejumlah lembaga survei memberi sinyal Anies berpeluang menang lawan Jokowi. Track record, kapasitas, integritas dan kecerdasan berkomunikasi Anies dinilai menjadi daya jual yang mampu melampaui citra Jokowi.

Disamping faktor kedekatan Anies dengan umat dan tokoh-tokoh agama yang selama ini terjaga dengan baik. Hampir setiap berada di pertemuan para ulama ada teriakan Anies Gubernur Indonesia, Anies pemimpin masa depan, Anies presiden 2019.

Termasuk di pertemuan "Multaqa Ulama Se-Asia Tenggara, Afrika dan Eropa" kemarin (5/7/2018). Itu bukti dorongan dan dukungan. Situasi politik dan pesona Anies Baswedan saat ini menjadi alasan realistis Gerindra dan Demokrat untuk berada dalam satu perahu koalisi dengan PKS dan PAN.

Pertarungan Anies vs Jokowi diprediksi akan sangat ketat, menarik dan lebih seru dibanding jika calon lain yang dilawankan dengan Jokowi. Apalagi jika Gerindra, PKS, PAN dan Demokrat sebagai pengusungnya. Oposisi vs penguasa.Tony Rosyid, Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa