MEDAN- Inflasi Sumatera Utara (Sumut) terkendali meski terdapat faktor musiman (seasonal) hari raya. Indeks Harga Konsumen (IHK) Sumatera Utara pada Juni 2018 mencapai 0,04% (mtm), lebih rendah dari nasional yang mengalami inflasi 0,59% (mtm) dan jauh dibawah rata-rata historis inflasi bulan lebaran 3 tahun terakhir 0,41% (mtm).

Direktur Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (KPW BI) Sumut, Hilman Tisnawan mengatakan, dengan perkembangan tersebut sampai dengan periode laporan, inflasi tahun kalender tercatat sebesar -0,27% (ytd) dan 3,36% (yoy), masih berada dalam kisaran sasaran inflasi Bank Indonesia 3,5% + 1% (yoy).

 "Seluruh kota survei IHK di Sumatera Utara mengalami inflasi. Secara spasial, seluruh kota Survei Biaya Hidup (SBH) di Sumatera Utara mengalami inflasi dengan Kota Medan sebagai kota dengan inflasi terendah, tidak hanya di level Sumatera Utara juga level nasional yaitu sebesar 0,01% (mtm). Sementara, kota Pematangsiantar inflasi 0,1% (mtm), Sibolga 0,29% (mtm) dan Padangsidempuan (0,38%, mtm)," ungkapnya, baru-baru ini.

Menurut Hilman, kenaikan harga transportasi berkontribusi besar terhadap inflasi lebaran. Sesuai perkiraan, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok administered prices dengan komoditas utama diantaranya adalah biaya transportasi angkutan udara dengan andil 0,24% (mtm), angkutan antar kota dengan andil 0,04% (mtm) maupun dalam kota dengan andil 0,02% (mtm), seiring dengan kenaikan permintaan akibat tradisi mudik tahunan.

"Inflasi kelompok volatile food relatif rendah. Di tengah kenaikan permintaan jelang lebaran, pasokan bahan makanan melimpah terutama untuk komoditas hortikultura yang menjadi pendorong inflasi yaitu cabai merah dan bawang merah sehingga terjadi penurunan harga yang menahan inflasi pada periode berjalan dengan kontribusi sebesar -0,45% (mtm). Berdasarkan pantauan harga melalui PIHPS, harga cabai merah di pasar tradisional Sumatera Utara pada bulan Juni turun menjadi Rp21.700 dari bulan sebelumnya Rp28,800. Sementara itu, harga bawang merah turun tipis dari Rp36.300 menjadi Rp35.300," paparnya.

Hilman melanjutkan, inflasi inti stabil ditengah kenaikan permintaan. Kenaikan harga pada kelompok inti bersumber dari peningkatan harga kelompok sandang, sementara kelompok papan relatif menurun.

Inflasi kelompok sandang terutama bersumber dari komoditas baju muslim wanita dengan andil 0,02% (mtm) sementara penurunan harga pada kelompok papan diperkirakan disebabkan oleh minimnya pembangunan pada masa lebaran dan libur panjang. 

"Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumut berperan dalam pengendalian inflasi. Realisasi inflasi yang rendah ini tentunya tidak lepas dari koordinasi dan sinergi Pemerintah Daerah, Bank Indonesia, dan instansi terkait melalui TPID, baik provinsi maupun kabupaten/Kota. Kestabilan harga juga didukung oleh peran Bulog dalam menjaga stok bahan pangan strategis serta operasi pasar dan pasar murah yang terus secara intensif dilakukan TPID menjelang lebaran," sebut Hilman.

Ia menambahkan, ke depan, tekanan harga berpotensi meningkat dengan level yang relatif terjaga. Hal ini seiring dengan berakhirnya masa panen raya hortikultura, maka tekanan harga pada kelompok volatile food diperkirakan meningkat.

"Seiring dengan hal tersebut, kenaikan harga juga diperkirakan bersumber dari kelompok administered prices seiring dengan ditetapkannya kenaikan harga bahan bakar Pertamax CS per Juli 2018. Namun demikian, penurunan permintaan pasca lebaran diperkirakan akan menahan kenaikan inflasi lebih lanjut sehingga inflasi ke depan diperkirakan masih berada dalam batas sasaran," imbuhnya.