MEDAN - Usai merayakan hari kemenangan atau hari Raya Idul Fitri, sering kita mendengar banyak orang menderita sakit secara mendadak seperti penyakit pada bagian tenggorokan.

Untuk itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kota Medan, dr Wijaya Juwarna SpTHT-KL meminta masyarakat untuk menjaga kesehatan tenggorokan usai berhari raya. Terutama dalam mengkonsumsi makanan berminyak dan berlemak yang memang dapat mengganggu fungsi tenggorokan.

"Dalam momentum begini, biasa masyarakat ada yang menderita Laryngopharyngeal reflux (LPR), yakni kondisi medis dimana kandungan lambung, termasuk asam yang diproduksi di perut, naik kembali melalui kerongkongan ke arah laring dan faring (tenggorokan). Kondisi ini biasanya menyerang pasien yang didiagnosis dengan gastroesophagealreflux disease (GERD) atau asam lambung," katanya kepada wartawan di Medan, Selasa (26/6/2018).

LPR tersebut, sambungnya, dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Salah satu paling serius adalah radang di daerah tubuh yang tidak memiliki perlindungan terhadap paparan asam lambung.

Ia menyebutkan, LPR dapat terjadi tanpa menunjukkan gejala nyata sehingga menjadi lebih sulit untuk didiagnosis dibandingkan penyakit asam lambung. Namun, pada beberapa pasien menunjukkan gejala lendir berlebih pada tenggorokan, sensasi terbakar di tenggorokan, batuk kronis, suara serak, rasa sakit, kesulitan menelan dan rasa pahit di bagian belakang tenggorokan.

"Meski mirip dengan asam lambung, LPR biasanya tidak disertai mulas dan gejala klasik asam lambung lainnya. Inilah sebabnya mengapa kadang LPR disebut sebagai silent reflux," jelasnya.

Terdapat beberapa penyebab LPR. Ia menuturkan di antaranya, kerongkongan tidak berfungsi dengan baik karena kelainan tertentu, akibatnya tidak bisa bekerja maksimal dan lambat dalam mengosongkan perut serta faktor usia.

"Beberapa pasien berisiko menderita LPR lebih tinggi adalah mereka yang memiliki kebiasaan makan tidak sehat dan berlebih, terlalu banyak mengonsumsi coklat, jeruk, makanan berlemak dan rempah-rempah serta wanita hamil," ujarnya.

Agar terhindar dari LPR, Wijaya juga mengimbau agar masyarakat dapat mengelola stres, mengurangi rutinitas memakai pakaian teralu ketat dan menghindari obesitas. Pada anak-anak, LPR sering disertai dengan penyakit saluran pernapasan atau asma, napas yang bising, apnea (jeda tidak biasa saat bernapas), kesulitan makan dan menelan, infeksi telinga, muntah berulang dan gangguan pertumbuhan atau ketidakmampuan untuk menambah berat badan.