JAKARTA - Secara mengejutkan Indonesia Development Monitoring (IDM) menemukan hasil survei dimana Prabowo diprediksi bisa mengalahkan Jokowi dalam pertarungan merebut kursi RI 1.

Ada beberapa indikator yang dipakai IDM dalam survei Pilpres 2019, salah satunya yakni tingkat keterpilihan alias tingkat elektabilitas beberapa tokoh yang digadang-gadang bakalan maju nyapres.

Survei ini dilakukan dengan metode penarikan sampel multistage random sampling pada 400 kabupaten/ kota di 33 provinsi di Indonesia. Adapun responden yang dipakai sejumlah 2.450 orang yang disesuaikan dengan jumlah DPT Pemilu tahun 2014.

Survei dilaksanakan sejak 28 April sampai dengan 18 Mei 2018. Margin of Error survei ini lebih kurang 1,98 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Hasilnya, tingkat elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto ternyata lebih unggul dengan para pesaingnya, bahkan dengan petahana, Joko Widodo (Jokowi).

"Pertanyaan terbuka, jika Pemilu 2019 diselenggarakan hari ini, siapa dari dua nama ini yang akan dipilih menjadi presiden. Prabowo Subianto 50,1 persen, dan Joko Widodo 29,8 persen dan 20,1 persen responden tidak menjawab," ujar Direktur Eksekutif IDM, Bin Firman Tresnadi dalam konferensi pers di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (24/5).

Sementara itu, untuk pertanyaan yang sama saat ditanyakan kepada para responden secara tertutup, elektabilitas Prabowo pun semakin moncer.

"Responden memilih Prabowo Subianto sebanyak 52,9 persen, Joko Widodo 31,2 persen, dan tidak memilih 15,9 persen," tukasnya.

Firman juga menjelaskan, dengan modal perolehan suara pada Pilpres 2014 sebesar 62.576.444, Prabowo dianggap mampu menjaga konstituennya. Adapun konsistensi Prabowo menjadi oposisi terhadap pemerintahan Jokowi-JK dan keteguhannya akan program-program perjuangan pada masa kampanye lalu menjadi modal utama Prabowo.

Selain itu, sikap Prabowo yang dinilai oleh responden memiliki jiwa kenegarawanan yang ditunjukannya dalam meredam ketegangan dalam kasus Ahok, atau aksi 212 menuai banyak simpatik.

Begitu juga dengan kemunculan tagar ganti presiden dan menguatnya politik identitas semakin menguntungkan Prabowo.

"Perkiraan jumlah DPT yang bertambah pada 2019, dari 133.574.277 menjadi 196.545.636 jiwa akan menjadi ladang tambahan suara bagi Prabowo," ujar Firman.

Tak hanya calon presiden, IDM juga melakukan survei atas tokoh-tokoh yang pantas menduduki posisi sebagai calon wakil presiden (cawapres).

Hasilnya adalah Ketua Umum Perindo, Harry Tanoesoedibjo dipilih 5,7 persen responden, Walikota Surabaya, Tri Rismaharini 7,4 persen, Menteri Koodinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia yang juga politisi PDIP, Puan Maharani 9,6 persen, Ketua Umum PPP, Romahurmuziy 1,2 persen; Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto 8,7 persen, Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh dipilih 2,3 persen responden.

Kemudian Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan dipilih 4,2 persen responden; Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan 7,8 persen; Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan 7,9 persen, Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar 11,8 persen, dan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Budi Gunawan paling tinggi dibandingkan tokoh lain dengan 12,6 persen.

"Tingkat elektabilitas yang tinggi dari Budi Gunawan menjawab isu-isu negatif yang secara personal kepada Budi Gunawan selama ini. Dan masyarakat justru menilai Budi Gunawan sebagai korban kampanye politik negatif selama ini," pungkas Bin Firman.***