MEDAN – Komunitas junalis lingkungan SIEJ (The Society of Indonesia Environmental Journalist) bekerjasama dengan Conservation International (CI) menyelenggarakan peningkatan kapasitas jurnalisme yang diikuti 18 peserta yang terdiri dari para jurnalis media cetak, blogger, staff humas, dan karyawan CI. Selama tiga hari pelatihan yang dimulai pada 7-9 Mei 2018, para peserta membahas dampak produktivitas perkebunan dari berbagai aspek dan ketrampilan jurnalistik. Pelatihan ini untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peserta mengembangkan perencanaan liputan berdasarkan analisa yang mendalam terhadap sebuah isu lingkungan.

Di propinsi Sumatera Utara, isu lingkungan sangat bervariasi, mulai dari masalah deforestasi, satwa dan konfliknya, taman nasional, degradasi lahan pesisir, dan masih banyak lagi. Persoalan tersebut saling berkaitan dipandang dari pendekatan suatu bentang alam. Dewasa ini, perkembangan media cetak dan online sebagai fungsi mobilisasi, memiliki pengaruh yang besar bagi kegiatan advokasi isu-isu tersebut.

“Untuk meningkatkan kualitas pemberitaan pada media massa, maka para penulis sebagai corong informasi perlu pemahaman yang tepat terhadap persoalan lingkungan dan upaya-upaya konservasi. Narasumber pada kegiatan ini memadukan antara akademisi dan praktisi, yaitu: Prof. DR. R. Hamdani Harahap, MSi (pakar pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, Universitas Sumatera Utara), Budi Nurgianto (Dewan Pengawas SIEJ dan jurnalis senior majalah tempo), serta Putra Agung dan Margareth Meutia (Sustainable Palm Oil Program, WWF/ World Wildlife Fund),” jelas Isner Manalu (District Program Coordinator, CI Indonesia).

Mahrizal Shaleh yang merupakan staff humas pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan mengungkapkan, sebagai humas dirinya bertanggung jawab memberikan siaran pers kepada media untuk setiap kegiatan pemerintah kabupaten.

"Pelatihan ini meningkatkan pemahamanan saya caranya menulis berita yang tajam, juga kemampuan membuat rencana liputan sebagai pedoman kerja. Teknik ini belum pernah saya ketahui sebelumnya dan sangat berguna,” jelasnya.

Puput Julianti (Jurnalis Imaji), juga menambahkan, pada praktik pembuatan proposal liputan, narasumber dan daftar pertanyaannya sangat detail dijabarkan, sehingga membantu dirinya meliput pemberitaan menjadi fokus.

"Ini ilmu yang baru bagi saya,” ucapnya.

Peserta lainnya, Eka Dalanta (blogger kemanaaja.com) menuturkan, ada 3 manfaat yang diperoleh dari pelatihan ini, yaitu: menambah jaringan, keahlian membuat perencanaan liputan yang lebih rapi, dan meningkatkan wawasan soal isu lingkungan. Bagi seorang travel blogger, Eka tersadar betapa pentingnya menulis cerita dengan sudut pandang sadar lingkungan dan harapannya semakin banyak blogger yang mau bergerak bersama.

“Jurnalis di Sumatera Utara memiliki kemauan yang tinggi untuk maju. Terlihat dari antusiasme mempelajari hal baru yang dapat meningkatkan kapasitas. Mereka (jurnalis sumut) bahkan terlihat kritis melihat masalah publik, meskipun kemudian ada kendala untuk menuangkannya dalam sebuah perencanaan liputan,” kata Budi Nurgianto.

Budi pun berharap agar jurnalis dapat menjadi kelompok publik yang bisa memainkan peran sebagai banteng terakhir kebenaran dan dapat menyuarakan suara masyarakat kecil yang tidak bisa bersuara.