JAKARTA - DPR Sangat prihatin dan menyampaikan dukacita mendalam bagi semua anggota Brimob yang tewas dalam kerusuhan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, pada Selasa (8/5) malam.

DPR RI juga mendorong pimpinan Polri melakukan evaluasi sistem pengamanan narapidana teroris, dan merekomendasikan agar diberlakukan pengamanan ekstra maksimum.

"Pertama saya mengapresiasi dan memberikan ancungan jempol kepada Polri yang berhasil melakukan tindakan yang tepat atas drama penyenderaan 36 jam yang dilakukan terpidana teroris," ujar Ketua DPR RI Bambang Soesatyo melalui pesan releasenya, Rabu (10/5/2016).

Yang dimaksud Bamsoet adalah penindakan dengan soft approach oleh Polisi. Dimana sandera berhasil bebas, meski nyaris tanpa korban jiwa. "Kita bersyukur polisi juga berhasil mengevakuasi 155 terpidana teroris ke LP Pasir Putih Nusa Kambangan," tandasnya.

Pendekatan soft approach, yang dilakukan Polri terhadap 156 teroris bersenjata kata dia, pantas diberikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi. Mengingat 5 korban tewas secara mengenaskan ada di pihak Polri dan Polri mampu menahan diri dari kemarahan.

"Sementara dipihak penyandera ada 156 teroris terlatih dengan doktrin jihad dan siap mati sahid," paparnya.

Sambil mendoakan dan mengimbau keluarga para korban agar diberi ketabahan, Pimpinan DPR dan semua jajarannya juga terus mengikuti perkembangan pasca para penyandera berhasil dijinakan di lokasi kejadian.

"Sekali lagi, DPR memberikan penghargaan yang tinggi terhadap Polri yang mengutamakan persuasi atau pendekatan lunak kepada para Napi teroris tersebut," ujarnya.

Belajar dari peristiwa rusuh ini, DPR mendorong Polri untuk memberlakukan pengamanan ekstra maksimum kepada para Napi teroris. Pengamanan ekstra maksimum itu harus menutup kesempatan para napi memiliki atau menguasai peralatan sesederhana apa pun yang dapat digunakan untuk membobol Rutan atau mengancam para petugas Rutan.

"Fakta bahwa lima korban tewas akibat luka bacokan senjata tajam tentu saja akan memunculkan pertanyaan dari mana atau bagaimana prosesnya sehingga para napi teroris itu bisa memiliki atau menguasai senjata tajam? Masalah ini tentu harus diselidiki. Siapa yang membawa dan memberikan senjata tajam kepada para Napi itu," urainya.

Penguasaan senjata tajam oleh para napi teroris itu kata Bamsoet, menjadi pertanda bahwa sel para teroris di Rutan Mako Brimob belum menerapkan standar pengamanan ekstra maksimum. Padahal, standar pengamanan ekstra maksimum diperlukan untuk membatasi interaksi napi dengan rekan mereka atau jaringan sel-sel teroris di luar Rutan.

"Pengamanan ekstra maksimum juga mewajibkan para keluarga atau rekan para napi membatasi barang-barang bawaan saat melakukan kunjungan dan berdialog dengan para Napi," pungkasnya.***