MEDAN - Pasca kaos hastag ganti presiden 2019, kini di Sumatera Utara muncul kaos yang sama. Yang membedakannya adalah tulisan dan momentum yang dibuat pada kaos. Informasi dihimpun, Kamis (19/2018), di jejaring sosial facebook banyak berseliweran di timeline tentang gambar kaos dengan tulisan #2018GubsuAwakOrangSumut.

Kaos bertagar itu sudah dua pekan terakhir ini menghiasi beberapa akun facebook tak lama seiring viralnya hastag 2019 Ganti Presiden.

Bagaimana praktisi melihat fenomena sosial tersebut?

"Terlepas ada sisi bisnis, tapi jelas ini kreativitas orang Sumut," ujar Praktisi Sosial dari UIN Sumut, Ahmad Khairuddin, Kamis (19/4/2018) di Medan.

Menurutnya, kaos bertagar merupakan bentuk kreativitas yang muncul secara natural. Dan biasanya, sambung Ahmad, kreativitas seperti juga muncul beriringan dengan seutas harapan dari para kreator.

"Kreator yang menciptakan kaos bertagar seperti itu biasanya punya harapan. Dalam konteks Pilgubsu, berarti dia berharap agar Gubsu 2018-2023 nanti adalah orang Sumut bukan dari luar Sumut," tegas Ahmad Khairuddin.

Harapan itu pula menurutnya, didasari nilai proximity (kedekatan) dan rasa saling memiliki karena sama-sama berasal dari Sumut.

"Analoginya adalah rumah kita harus dijaga oleh kitanya sendiri. Gak mungkin kita percayakan kepada orang lain," imbuh Ahmad Khairuddin.

Dengan kreativitas pihak di luar tim dan relawan seperti itu, Ahmad Khairuddin menilai pihak-pihak yang diuntungkan dengan kaos berhastag itu harus mengambil momentum.

"Jadi gini, karena ini menyinggung soal Pilgubsu, maka otomatis pihak yang diuntungkan adalah pasangan Cagub-Cawagubsu yang memang berasal dari Sumut. Mereka harus mengambil momentum agar tak kehilangan momentum karena kampanye ini efektif," ujar Ahmad Khairuddin.

Tapi kata Ahmad Khairuddin, mengambil momentum tidak sama dengan memobilisasi.

"Contoh begini, ambil momentum bahwa hastag viral ini disebarluaskan pula melalui medsos. Bukan malah mencetak kaos dengan biaya sendiri lalu dibagikan secara gratis. Kalaupun mau cetak sendiri, ya dijual saja dengan harga yang terjangkau," kata Ahmad Khairuddin.

Dengan tidak memobilisasi itu, dirinya meyakini para pecinta akan membeli kaos tersebut.

"Karena pasti punya perasaan yang sama, yakni saling memiliki dan sama-sama punya tanggungjawab, sama-sama menginginkan pemimpin yang berdedikasi dan integritas serta memahami Sumut luar dalam. Yang tidak kalah penting, buka akses seluas-luasnya agar publik yang mau membeli kaos bisa tau informasinya," tukas Ahmad Khairuddin.