MEDAN - Rupiah melemah terhadap dolar di hari Senin pasca rilis data perdagangan Indonesia. Ekspor Indonesia lebih tinggi dari estimasi dengan menguat 6.14% di bulan Maret, tapi impor lebih lambat dari ekspektasi yaitu 9.07%. Tak hanya itu, impor yang melambat dan ekspor meningkat menyebabkan surplus perdagangan Indonesia bulan Maret mencapai level tertinggi dalam enam bulan terakhir yaitu $1.09 miliar.

“Investor bereaksi positif terhadap surplus perdagangan ini. Indeks Harga Saham Gabungan melonjak 0.26% dan mencapai 6,286.748 pada saat penutupan,” kata Hussein Sayed, Chief Market Strategist FXTM, Selasa (17/4/2018).

Lanjutnya, memasuki pekan perdagangan baru, investor berbagai kelas aset mengkhawatirkan bahwa serangan AS terhadap Suriah akan menjadi pemicu baru untuk menjual aset berisiko. Walau begitu, serangan hari Sabtu kemarin yang juga melibatkan Inggris dan Prancis bersifat terbatas dan sepertinya tidak berulang karena Presiden Trump sudah mengatakan bahwa 'misi selesai'.

“Banyak orang yang khawatir bahwa serangan ini akan membuka konfrontasi lebih besar, tapi ternyata tidak cukup hebat untuk mengundang serangan balasan dari Rusia. Reaksi pasar valas yang tidak terlalu besar di hari Senin menunjukkan kelegaan investor dan perkiraan bahwa konflik tidak akan semakin menjadi,” terangnya.

Penurunan harga minyak juga isyarat kelegaan pasar, setelah ketegangan geopolitik pekan lalu membuat Brent melonjak ke level tertinggi sejak 2014. Sumber tekanan lainnya adalah perusahaan energi AS: jumlah rig minyak bertambah tujuh buah lagi pada pekan 13 April sehingga jumlahnya menjadi 815. Level ini terakhir tercatat pada Maret 2015.

“Walaupun turun 1% pada awal perdagangan, saya melihat masih banyak premi risiko pada harga saat ini, dan dengan semakin berkurangnya ketegangan geopolitik, saya rasa harga akan semakin turun ke bawah $70,” ucapnya.

Sementara, pasar finansial akan sibuk pekan ini, terutama dengan data penghasilan sekitar 60 perusahaan S&P 500. Sejauh ini sekitar 70% perusahaan yang telah melaporkan hasil aktual berhasil melampaui ekspektasi EPS Wall Street. Jika kejutan positif tidak berubah dari level saat ini, ada peluang besar bahwa perusahaan melaporkan pertumbuhan pendapatan 20%.

“Pemangkasan pajak jelas merupakan faktor penting di balik pertumbuhan pendapatan. Faktor lainnya antara lain Dolar yang melemah meningkatkan penghasilan luar negeri perusahaan multinasional, dan kenaikan harga minyak diprediksi meningkatkan pertumbuhan pendapatan sektor energi sebesar 79% menurut FactSet,” pungkasnya. *