MANADO - Kegiatan Press Gathering yang melibatkan wartawan adalah sebagai bagian dari ikhtiar MPR untuk membantu mengekspose potensi dan permasalahan di daerah, sehingga menjadi wacana nasional.

Hal ini ditegaskan Kepala Biro Humas MPR Siti Fauziah mengatakan ini saat memberi sambutan pada acara Press Gathering Press Gathering Pimpinan MPR dengan Koordinatoriat Wartawan Parlemen di Manado, Sulawesi Utara, Jumat (14/4/2018).

Press Gathering kali ini diikuti sebanyak 90 wartawan dari berbagai merdia cetak, elektronik juga media online, yang sehari-hari meliput kegiatan di Parlemen.

Siti Fauziyah juga berharap, seluruh wartawan yang ikut press gatherig ini dapat mengangkat potensi suatu daerah seperti pariwisata, kuliner dan seperti yang dibicarakan dalam forum tadi.

Termasuk permasalahan atau yang menjadi kendala suatu daerah bisa terangkat ke forum nasional dan menjadi bahan kebijakan pemangku kepentingan," kata Siti.

Sementara itu, menanggapi usulan dan wacana dari Wakil Ketua MPR Ahmad Muzani, yang menginginkan press gathering wartawan Parlemen ditambah satu kali menjadi tiga kali dalam setahun, pada dasarnya ia akan membicarakannya dengan pihak kesekjenan.

"Saya kira usulan ini bagus untuk memunculkan potensi daerah. Aalagi, wartawan parlemen juga cukup banyak, jumlahnya mencapai ratusan, jika dibawa ke daerah, tentunya bisa lebih mengexplorasi potensi daerah yang belum tergali. Dan nantinya dapat terekspose secara nasional bahkan mungkin secara internasional," ujarnya.

"Tapi itu nanti akan kita bicarakan di forum anggaran. Kalau memang tidak bisa di tahun ini mungkin di tahun depan. Tapi ini memang suatu kebutuhan karena dari  pengalaman yang sudah kita lakukan dampaknya cukup positif," katanya menambahkan.

Ia juga melihat, ada beberapa manfaat saat mengikut sertakan wartawan dalam kegiatan press gathering. Salah satunya kata dia, dapat mengangkat potensi suatu daerah dari segi pariwisata, kuliner dan termasuk permasalahan atau yang menjadi kendala suatu daerah bisa terangkat ke forum nasional dan menjadi bahan kebijakan pemangku kepentingan.

"Daerah-daerah terdepan Indonesia menjadi fokus kita dalam kegiatan seperti ini. Karena wajah Indonesia atau etalase kita ada di sana. Misalnya Kalimantan Utara (Kaltara) dan daerah perbatasan Indonesia lainnya. Kehidupan warga Indonesia dengan negara tetangganya ternyata jomplang sekali," paparnya.

Untuk itu, kata dia, para jurnalis juga berkewajiban mengangkat permasalahan-permasalahan di daerah perbatasan seperti itu.

"Misalnya harga pangan di daerah perbatasan seperti di Kucing, sangat mahal. Karena itu warga Indonesia lebih senang berbelanja kebutuhan sehar-hari ke wilayah Malaysia karena lebih terjangkau dari sisi jarak dan juga harga," tandasnya.

Dengan membawa wartawan ke daerah pebatasan seperti itu katanya lagi, diharapkan segala permasalahan dapat terungkap dan menjadi perhatian pemangku kepentingan seperti soal infrastruktur, potensi daerah dan pariwisataya sehingga bisa menarik perhatian investor. ***