MEDAN-Sampoerna Academy menawarkan pendidikan berbasis internasional yang didasarkan pada nilai-nilai moral dan budaya Indonesia.

Pola pembelajaran yang diterapkan dengan kurikulum Cambridge International Examination, dengan berfokus pada Science, Technology, Engineering, Arts dan Math (STEAM).

Head of School Sampoerna Academy Medan, Raja Rajendra menjelaskan, pembelajaran yang diterapkan pada sekolah ini dengan menyediakan lingkungan belajar yang aman, nyaman dan kolaboratif serta kualitas tinggi. Tujuannya, dapat memenuhi harapan berskala global dengan berbagai prestasi dan pengembangan karakter.

"Dalam mendidik anak-anak kita menggunakan pendekatan STEAM dalam cara pengajarannya. Pendekatan STEAM ini mengintegrasikan bidang-bidang ilmu pada pembelajaran, berdasarkan aplikasi di kehidupan sehari-hari. Hal ini memungkinkan siswa menjadi individu yang kreatif, inisiatif dan inovatif," ungkap Raja saat ditemui di sekolah, Komplek Citra Garden Jalan Jamin Ginting, Medan baru-baru ini.

Menurutnya, dengan pola STEAM yang dikembangkan mulai dari PAUD hingga SMA, maka dapat memaksimalkan potensi diri setiap anak. Seperti dengan penerapan international benchmarking, yakni mengukur kesuksesan siswa berdasarkan tes internasional.

Kemudian, project based learning, suatu pendekatan konstruktif dimana para murid akan dilibatkan dalam proses pembelajaran yang berfokus kepada kolaborasi dan pengembangan skill. Lalu, technology whitin education, kelas dengan fasilitas teknologi tinggi yang diajarkan oleh guru berkualitas dan telah mendaparkan pelatihan berstandar internasional. Bahkan, para guru yang ada juga telah mendapatkan sertifikasi dari Google.

Berikutnya, multiple languages proficiency. Lulusan Sampoerna Academy akan memiliki kompetensi tiga bahasa yaitu Indonesia, Inggris dan Mandarin. Selanjutnya, international approach Asian values, penggunaan pendekatan internasional pada kreativitas, cara berpikir kritis, kolaborasi dan kemampuan komunikasi dengan tetap menjunjung budaya Asia

"STEAM juga dikenal sebagai metode pembelajaran terapan yang menggunakan pendekatan antar ilmu. Sistem pendidikan ini banyak digunakan di Amerika Serikat. Aplikasi STEAM biasanya dibarengi dengan pembelajaran aktif dan berbasis masalah," papar Raja yang didampingi Public Relation Sampoerna Academy, Tia.

Sementara, Sales & Marketing Director of Sampoerna Academy, Melly Liem menambahkan, lewat sistem pendidikan berfokus pada STEAM, ruang kelas didesain khusus untuk menghasilkan suasana belajar-mengajar yang interaktif dan menyenangkan. Kursi dan meja tidak disusun secara berderet atau kaku, melainkan dapat dipindahkan secara fleksibel sesuai kebutuhan belajar siswa.

Fleksibilitas juga tercermin dari peletakan papan tulis yang tidak terpaku pada satu sisi ruangan. Sehingga, guru dan murid dapat leluasa menuangkan idenya di papan tulis yang tersebar di berbagai sudut ruangan. Selain itu, dinding ruang kelas didesain menarik dengan aneka ragam warna yang disesuaikan usia anak didik untuk memaksimalkan daya kreativitas anak.

"Metode pembelajaran STEAM ini sangat cocok untuk membesarkan anak di tengah perkembangan era digital yang semakin pesat saat ini. Kemudahan mendapatkan informasi dari segala sumber serta kecanggihan teknologi yang kian lama, membuat masyarakat modern menjadi ketergantungan sehingga jelas bukan perkara mudah," jabarnya.

Diutarakan Melly, orang tua mau tak mau harus peka terhadap perubahan zaman dan mengikuti perkembangan teknologi agar dapat membimbing anak untuk menggunakan teknologi secara bijak dan tepat.

Dalam mendidik, seharusnya orang tua bisa mendorong anak untuk mengeksplorasi, menciptakan, dan mencari cara baru dalam memecahkan masalah. Hak ini guna membentuk problem solving skill sejak dini. "STEAM, mengasah keterampilan berkomunikasi dan daya pikir kritis anak. Pola pendidikan ini sangat penting, karena kehadirannya tidak bisa terlepas dari kehidupan kita sehari-hari. Siswa yang melek STEAM, akan menjadi seorang inovator dan pemikir kritis," sebutnya.

Namun demikian, sambung Melly, pembelajaran seperti ini tidak bisa hanya diserahkan kepada pihak sekolah. Butuh dukungan dan bantuan dari pihak orang tua untuk berpartisipasi merangsang tumbuhnya minat anak belajar.

Orang tua bisa mengenalkan pembelajaran berbasis STEAM dengan aktivitas sehari-hari. Misalnya, saat menyeduh susu atau memasak sayur sup, anak bisa dikenalkan dengan konsep panas dan dingin.

"Peran orang tua dalam mengenalkan anak dengan teknologi juga penting. Tapi, sudah benarkah cara yang dilakukan. Jadi, sebagai orang tua, juga harus membekali diri dengan pengetahuan yang mumpuni," imbuhnya.