Medan - Olympia adalah mall tertua kedua setelah Medan Plaza yang cukup dikenal di Kota Medan. Mall fenomenal ini diresmikan pada 22 Juni 1984 oleh Walikota Medan Agus Salim Rangkuti. Agus menjabat Walikota Medan selama dua periode (1980-1990).

Mall lain setelah Olympia adalah City Plaza dan Istana Plaza. Menyusul kemudian Thamrin Plaza, Perisai Plaza, Buana Plaza dan sebagainya.

Di antara mall-mall itu, Olympia termasuk paling fenomenal. Disebut begitu karena mall ini dikunjungi berbagai kalangan. Mulai dari masyarakat berpenghasilan rendah sampai kalangan menengah ke atas. Olympia memang menargetkan pengunjung dari kalangan menengah ke bawah. Selain itu pengunjung dan pedagang yang berjualan di sana juga lintas suku.

Dari segi lokasi, Olympia juga cukup strategis. Ia berada di kawasan Pusat Pasar Kota Medan, tepatnya di Jalan MT Haryono. Olympia dikelilingi pasar tradisional. Begitu juga akses transportasi, hampir semua angkutan umum di Medan masa itu, melewati Olympia.

Fasilitas yang ada di Olympia juga terbilang lengkap. Lantai 1-3 dijadikan tempat berjualan kain dan pakaian. Lantai 4 dijadikan swalayan yang menjual aneka kebutuhan rumah tangga. Lantai 5 arena bermain. Pantai 6 adalah bioskop. Hari-hari tertentu di bioskop ini sering ditayangkan film blue. Lantai 7 dan 8 adalah tempat hiburan dunia malam.

Karena kompleksitas ini, tidak heran bila pengunjung ke Olympia lebih beragam. Ada yang ingin berbelanja, refreshing dan juga pacaran. Anak-anak sekolah yang bolos juga menjadikan Olympia sebagai tempat nongkrong.

Alhasil pemerintah dan pengelola sempat melarang anak-anak sekolah berkunjung ke Olympia terutama pada saat jam belajar. Anak-anak sekolah itu tak habis akal. Mereka membawa pakaian ganti dan menukar seragam mereka sebelum masuk ke mall ini.

Bagi orang Medan Olympia adalah "ladang" uang. Tidak hanya bagi pedagang yang berjualan di situ, namun juga beragam profesi lain. Pengamen, tukang semir sepatu, calo tiket, tukang parkir, sampai pencopet pun mencari makan di Olmypia. Inilah yang membedakan Olympia berbeda dari mall lain di masanya. Olympia lebih merakyat.

Hal itupun diakui salah seorang pedagang kain yang pernah jualan di Olympia, Yusuf Siregar warga Martoba, Timbang Deli, Medan Amplas ini, mengaku telah berjualan di Olympia sejak tahun 1989.

"Olympia itu ladang uang. Semua profesi ada di situ. Sampai pencopet pun ada. Makanya kalau dibilang preman Olympia dah jago itu," akunya.

Menurut Yusuf, hal itu terjadi karena Olympia berada di Pusat Pasar. Dekat dengan sejumlah terminal dan stasiun angkutan.

"Dulu markas OKP ya di sini. Mereka ngutip uang parkir dan uang keamanan pedagang yang membuka lapak di luar sekitar Olympia. Kede kopi dan lapo tuak banyak di sini. Di kede-kede itulah tempat ngumpul
'agen langit', jurtul (juru tulis togel) dan kepala-kepala preman. Tapi mereka tidak mau mengganggu pengunjung," akunya.

Masa kejayaan Olympia mulai berakhir setelah Medan Mall berdiri sekitar tahun 1995. Lokasinya pun tidak jauh dari Olympia. Medan Mall menawarkan konsep yang lebih modren dan nyaman. Walau begitu tidak serta merta Olympia ditinggalkan. Pengunjung fanatik Olympia masih tetap bertahan.

Memasuki akhir tahun 1990-an, satu persatu bangunan Olympia dikosongkan. Selain kalah. bersaing, penyebab lainnya adalah karena beberapa kali bangunan ini terbakar. Kini Olympia tidak lagi difungsikan.

Olympia adalah mall tertua kedua di Medan setelah Medan Plaza. D