MEDAN - Dua hasil survei soal Pilgub Sumut yang dirilis pekan kemarin terus menjadi sorotan publik. Pertama, survei Indo Barometer pada 4-10 Februari 2018 yang dirilis pada 23 Maret 2018 dan survei yang dilakukan Center For Election and Political Party (CEPP) USU yang dilakukan 3-7 Maret 2018 dan dirilis pada 24 Maret 2018. Dalam survei CEPP tersebut, Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah unggul di angka 49,3% dari Djarot-Sihar yang ada di angka 34,5%.

Bagaimana tanggapan masyarakat melihat hasil survei tersebut?

Muhammad Abdullah Sitorus, Ketua Jong Medan, menyebutkan, hasil survei CEPP paling wajar dan mendekati kondisi riil di lapangan.

Kata dia, Edy Rahmayadi hadir di saat masyarakat Sumut butuh pemimpin yang tegas dan mampu bertindak cepat. Kemudian Edy Rahmayadi juga sudah sejak lama berbuat untuk Sumut.

“Karena dia anak Sumut asli, sekaligus pernah jadi Pangdam I/BB,” bebernya.

Kemudian setelah menjadi Pangkostrad, Edy juga tetap berbuat untuk Sumut. Misalnya kata Abdullah, Edy menginisiasi pembukaan jalan dari Padanglawas menuju Mandailing Natal.

“Ini bukti, bahwa Edy sudah berbuat dan masyarakat yang disurvei mengetahui niat baik Edy Rahmayadi untuk menjadi Gubsu, bukan mengejar kekuasaan. Tapi membangun kampung halaman,” ujar Abdullah.

Sosok Musa Rajekshah, calon Wakil Gubsu, juga demikian. Menurut Abdullah yang juga Ketua DPP Gerakan Mahasiswa Republik Indonesia (GMRI) Sumatera Utara ini, Ijeck dikenal luas sebagai sosok yang santun dan penyantun.

“Bang Ijeck memimpin yayasan yang bergerak di bidang sosial keagamaan. Mulai dari membersihkan masjid secara gratis, memberikan beasiswa hingga membangun sekolah dan masjid di berbagai daerah di Sumut sudah dilakukannya. Jadi wajar sekali surveinya tinggi,” pungkasnya.

Kemudian kata Abdullah, ada faktor kecintaan umat Islam pada Edy-Ijeck, juga dalam hasil survei ini. Program kampanye ERAMAS juga bagus, karena membangkitkan semangat untuk menjadikan provinsi Sumut dalam posisi terbaik di masa datang.

“Sumut bermartabat itu maknanya sangat tinggi. Dengan situasi sekarang, kita memang mau Sumut bermartabat. Tidak disepelekan. Intinya, Edy Ijeck itu hadir sesuai dengan kebutuhan masyarakat Sumut,” bebernya.

Selain CEPP, lembaga survei Indo Barometer juga merilis survei. Dalam surveinya parameter kejujuran paslon antara Cagub nomor urut 1 Edy Rahmayadi dengan Cagub nomor urut 2 Djarot Saiful Hidayat. Menurut survei tersebut, Djarot unggul dalam indikator jujur dan bebas korupsi yakni sebesar 77,1%, sedangkan Edy meraih 69,4%. Menurut Praktisi Politik Ikhyar Velayati Harahap, survei merupakan kajian ilmiah.

“Soal legitimasinya, ya silakan publik menilai. Jikapun ada yang merasa janggal, ya bisa dibantah dengan survei juga. Dan survei Indo Barometer kan sudah terbantahkan dengan rilis survei yang dilakukan CEPP FISIP USU. Namun lagi-lagi, publik yang menjadi penilainya,” kata Ikhyar.

Meski begitu, Ikhyar menilai survei yang dilakukan CEPP USU memiliki validasi dan akurasi yang lebih bisa diterima publik. Alasan pertama, sambung Ketua PKNU Sumut itu, survei CEPP USU lebih aktual karena dilakukan pada Maret 2018 dan dirilis pula pada Maret 2018.

“Kalau Indo Barometer yang dirilis 23 Maret 2018 itu kan surveinya dibuat pada awal Februari 2018. Jadi (survei CEPP USU) ya bisa lebih diterima publik,” imbuh Ketua Forum Aktivis 1998 Sumut itu.

Alasan kedua yakni soal kedudukan lembaga surveinya. “CEPP USU bisa lebih mendapat legitimasi publik karena merupakan lembaga survei kampus negeri. Dan berbasis di Sumatera Utara, bukan Jakarta,” ujar Ikhyar.