JAKARTA - Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Kebangkitan Bangsa mulai melakukan manuver politik menuju Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang.

Kedua partai politik (parpol) itu berspekulasi mengusung calon presiden (capres) alternatif dan bukan kepada Joko Widodo (Jokowi) ataupun Prabowo Subianto. 

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan mengatakan, partainya membuka peluang mengusung capres selain Jokowi dan Prabowo Subianto.

Ketua MPR RI itu mengaku akan mengumumkan sikap partainya itu pada Mei mendatang. "Ya segala kemungkinan kan bisa, calon tunggal bisa, dua calon bisa, tiga calon bisa. Lihat perkembangan nanti, pertemuan partai-partai saya kira bulan-bulan lima lah. Mei Sudah ketahuan," ungkapnya kepada wartawan di Sawah Besar, Jakarta Barat, Minggu (4/3/2018) kemarin.

Zulhasan, sapaan akrab Zulkifli Hasan menuturkan, politik itu dinamis. Soal duet Jokowi-Prabowo, dia juga tak menutup kemungkinannya.

"Ya kenapa, kan bisa aja, semua kemungkinan bisa terjadi," tukasnya. 

Senada, Ketua DPP PKB Lukman Eddy mengatakan, PKB berencana membuat poros baru untuk Pilpres 2019 jika Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar ditolak menjadi calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Jokowi atau Prabowo Subianto.

Ia mengatakan, sampai saat ini PKB sudah menawarkan Cak Imin, sapaan akrab Muahaimin Iskandar agar menjadi cawapres mendampingi Jokowi serta Prabowo. Mantan, Wakil Ketua Komisi II DPR RI itu tidak menampik ada rencana pertemuan antara Cak Imin dengan Prabowo. Namun, ia belum dapat memastikan waktu dan tempat pertemuan antara kedua ketua umum partai tersebut.

Ketua Umum PKB Muhaimin Iskadar menuturkan, masih enggan menjelaskan terkait dengan rencana partainya yang akan membuat poros baru untuk Pilpres 2019. Namun, hal itu bisa terjadi jika dirinya memang gagal menjadi cawapres Jokowi ataupun Prabowo Subianto.

"Itu inisiatif teman-teman yang ingin membawa demokrasi ini dinamis. Tentu kami saling mendoakan. PKB belum mengambil sikap," katanya, kemarin.

Cak Imin menegaskan, hingga kini PKB belum ada pembicaraan serius dengan sejumlah partai terkait dengan pencalonan dirinya ikut pemilu 2019. Ia hanya menegaskan, PKB tidak menutup kemungkinan untuk komunikasi dengan partai manapun yang mempunyai visi yang dinilai sama.

"Belum ada pembicaraan. Kami tidak tutup komunikasi dengan siapapun. Tapi belum ada komunikasi dan saya hanya ikut takdir Allah saja (menjadi cawapres, Red)," kata dia.

Sementara itu, Pangi Syarwi Chaniago, direktur eksekutif Voxpol Center menilai parpol tersebut memang belum tentu gabung PDIP mendukung Jokowi untuk capres 2019. "Parpol yang mengusung elitenya sebagai cawapres, itu belum tentu untuk mendamping Jokowi," katanya dalam diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (3/3) lalu.

Contohnya, lanjut Pangi, Cak Imin yang merupakan Ketua Umum PKB. Dengan perolehan 47 kursi DPR, PKB bisa menggalang pembentukan poros ketiga di luar poros Jokowi dan poros Prabowo Subianto.

"Cak Imin bisa ke manapun sebenarnya, terlebih basis suara partainya cukup besar. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, ini kemungkinan dipertimbangkan juga," imbuhnya. 

Hal senada juga diungkapkan Direktur eksekutif Lembaga Median Rico Marbun. Dia menyatakan, Cak Imin-AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) pun dinilai berpeluang menjadi pasangan untuk poros ketiga. Meski begitu, Demokrat juga bisa saja mengajukan sebagai capres, tapi perlu mencari tokoh yang lebih senior. 

"Sangat mungkin ada muncul pasangan Cak Imin-AHY. Atau Demokrat bisa cari figur lain selain AHY, yang lebih senior, atau tokoh yang memiliki kedekatan dengan Demokrat," ujarnya. 

Ketua Divisi Komunikasi Publik Partai Demokrat Imelda Sari mengakui usulan poros ketiga di Pilpres 2019 yang memunculkan nama pasangan Cak Imin-AHY, peluang terbuka cukup lebar. "Nama AHY dan Cak Imin yang muncul ke publik bagus dong, untuk terobosan politik. Ini pendapat pribadi saya," katanya.

Kendati demikian, sambung Imelda, Demokrat menyebut potensi pasangan tersebut masih harus dibuktikan terlebih dahulu melalui survei. Elektabilitas pasangan ini harus dibuktikan untuk bisa mengukur penerimaan publik sebelum jadwal pengajuan nama capres dimulai pada Agustus mendatang. 

"Dalam politik poros ketiga memungkinkan di saat partai pengusung yang lain hanya mengunci agar hanya petahana yang muncul namanya. Sementara beberapa survei juga menunjukkan 'undecided voter' juga cukup besar dan kecenderungan untuk munculnya nama baru itu diterima publik," imbuhnya.

Imelda menilai peluang calon alternatif, selain petahana Jokowi dan Ketum Partai Gerindra masih mungkin terwujud. Apalagi secara syarat, usulan poros Demokrat-PKB-PAN mencukupi ambang batas capres. "Jadi peluang itu amat terbuka. Poros ketiga sangat mungkin," sebutnya.

Hanya saja Imelda belum memastikan apakah AHY mau menjadi cawapres atau justru AHY yang akan meminta jatah capres. "Nggak juga, kan masih harus disurvei," tambahnya.

Dipertegas Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Andi Arief, pihaknya telah memprediksi bakal ada poros ketiga di Pilpres 2019. Itulah yang menyebabkan partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu memilih tidak masuk di koalisi pemerintahan Jokowi, namun juga tidak berada di oposisi.

"Apakah ini solusi atau jadi masalah di kemudian hari, harus dikaji. Partai Demokrat kekuatannya (hasil pemilu 2014, Red) sebesar 10,2 persen. Saat ini atas hasil kerja keras memiliki figur yang muncul di survei-survei. Tidak bisa sendiri," ujar Andi.

Dia juga menjelaskan, Demokrat memiliki tokoh-tokoh yang berpotensi untuk bisa diusung di Pilpres 2019. Bukan hanya AHY, nama Soekarwo dan Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi juga bisa diusung. "Setidaknya ada tiga nama yang terus dimonitor perkembangan elektabilitasnya, AHY, Tuan Guru Bajang, Pakde Karwo," bebernya.

Andi juga tak menampik peluang Demokrat bergabung dengan PKB. Meski begitu, Demokrat masih ingin melihat 'chemistry' yang ada. Jika Demokrat hanya koalisi dengan PKB saja, keduanya terganjal syarat presidential threshold (PT). Namun bila PAN ikut bergabung, maka poros ketiga ini pun bisa mengusung pasangan calon.

"Apakah koalisi dengan PKB menduetkan capres atau cawapres dengan Cak Imin? Bukan tidak mungkin, tapi realitas menunjukkan syarat PT tidak cukup," sebut Andi.

Wakil Ketua Komisi Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat Boyke Novrizon kepada GoNews.co melalui siaran pernya juga mengatakan, pihaknya menawarkan pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Muhaimin Iskandar untuk berpasangan dalam Pemilihan Presiden 2019.

Menurutnya kepemimpinan kaum muda menjadi alternatif pilihan rakyat Indonesia dan menjadi langkah politik jalan tengah diantara calon petahana Joko Widodo dan calon presiden Prabowo Subianto.

"Saya bicara dan berani menyimpulkan hal ini tentunya dengan hasil pemikiran serta analisis yang sangat kuat juga akurat dan tentunya berbanding lurus dengan trend data nasional yang saat ini sudah terupdate dipublik secara luas, bahwasanya dalam menghadapi tahun politik 2019 jumlah pemilih pemula (kelas millenial) diangka 40% total jumlah suara/pemilih nasional,"kata Boyke, Senin (5/2/2018).

Boyke meyakinkan masyarakat secara luas terutama pemilih pemula/pemilih millenial bahwa dalam Pilpres 2019 peralihan kepemimpin kaum muda dapat menjadi pilihan yang baik dan juga bijak agar dapat mewujudkan Indonesia yang lebih baik, lebih bermatabat dan lebih berharga dimasa depan baik secara nasional maupun dunia internasional.

Menurut Boyke, perpaduan tokoh muda Agus Harimurti YUdhoyono dan Muhaimin Iskandar keduanya secara fakta mewakili pemilih pemula/pemilih millenial dan tentunya mereka berdua sangat jelas dan tidak abu – abu mewakili Kaum Nasionalis dan Kaum Agama di-Indonesia.

"Saya katakan ini karena basis Ideologi dari Agus Harimurti Yudhoyono tidak terlepas dari seorang Patriotik dan Nasionalis yang saat ini beliau dibawah naungan kekuatan politik Partai Demokrat yang telah mengideologikan Naionalis- Religius sebagai fatsun atau kiblat dalam bernegara,"terangnya.

Sedangkan sosok Muhaimin Iskandar yang telah dikenal sebagai seorang pemuda yang darahnya sejak lahir memiliki basis kultural kaum Nahdiyin atau lebih dikenal seorang anak muda yang terbukti sangat Agamais dan saat ini memegang tampuk pimpinan PKB sebuah organisasi Partai Politik yang berbasis Religius (agama).

Karena itulah perpaduan Politik yang cukup baik dan berimbang, antara kekuatan Nasionalis yang terwakili oleh Partai Demokrat yang bersanding dengan KekuatanIslam(NU) yang terwakili oleh PKB.

"Dalam konteks kondisi saat ini yang begitu kuatnya sentimen tentang Ideologi agama dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang terwakili oleh 5 perwakilan agama di Indonesia yang tentunya dapat menjadi pilihan yang sangat baik dalam mewujudkan cita – cita kita bersama seluruh masyarakat Indonesia tentang mimpi sebagai negara besar, merdeka dan dapat berdaulat untuk kemajuan serta kemakmuran Rakyat dan Indonesia sebagai bangsa kedepan atas perwujudan Indonesia Emas 2045,"pungkasnya. ***