MEDAN - Petugas mendalami hilangnya bagian-bagian atau organ tubuh harimau Sumatera yang ditombak mati warga Desa Hatupangan, Kecamatan Batang Natal, Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara, pada Minggu 4 Maret 2018 lalu. Diduga bagian organ yang hilang sengaja diambil warga. Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut, Hotmauli Sianturi, mengatakan sejumlah bagian tubuh harimau yang hilang yakni kulit bagian dahi dan muka, kulit dan kuku kedua kaki bagian belakang, kulit bagian ekor, dan kulit bagian paha juga hilang.

"Kami akan kembangkan ke arah sana, kordinasi dengan polisi dan Gakkum. Kalau hanya untuk mematikan saja, atau hanya untuk menjaga keselamatan diri, kenapa harus diambil kulitnya, bagian-bagian tubuhnya. Ini sangat mengecewakan," ujar Hotmauli Sianturi, Senin (5/3/2018).

Hilangnya bagian-bagian tubuh harimau jantan ini memunculkan kuatnya indikasi perdagangan organ hewan dilindungi di wilayah itu. Bukan hanya ditombak dan ditembak serta 'dikuliti' di tubuh hewan yang diperkirakan berusia 2 tahun dan memiliki tinggi badan 104 cm itu juga ditemukan luka lama.

"Ini pelanggaran undang-undang, karena itu hewan dilindungi. Jadi perlu penyelidikan lebih lanjut. Jasad harimau ini dibedah, ditemukan ada luka lama yang sudah mengering di bawah telinganya. Luka bekas tembakan, ada enam lobang. Organnya sudah diserahkan ke BKSDA dan sudah dibakar," terang Hotmauli.

Menurut Hotmauli penanganan konflik hewan yang memiliki nama latin Panthera Tigris Sumatrae di wilayah Kecamatan Batang Natal, Mandailing Natal sudah dilakukan sejak dua pekan terakhir. Tim BKSDA, pawang lokal, TNBG, Balai Batang Gadis dan KPH 9 Dishut Sumut langsung turun ke lokasi.

"Warga awalnya heboh dengan isu harimau jadi-jadian. Lalu warga sempat memburu harimau itu di hutan. Keesokannya tim turun ke lokasi. Kami menemukan tombak di hutan yang digunakan warga untuk memburu harimau," urainya.

Dia mengklaim petugas langsung melakukan patroli dan memasang tujuh kamera trap untuk merekam kondisi harimau. Sayangnya petugas tak pernah menemukan keberadaan harimau itu. Beberapa hari kemudian, warga dihebohkan kembali dengan kemunculan harimau di desa itu.

"Tim turun ke lokasi, tapi warga memaksa petugas mencari ke hutan untuk menemebak mati harimau itu. Bahkan petugas kami juga disekap warga di salah satu rumah. Tim dimaki habis-habisan dan mobil dirusak massa. Petugas dipaksa meneken kesepakatan yang intinya tidak akan menuntut jika harimau dibunuh warga," pungkasnya.

Kemudian, BBKSDA memohon bantuan ke Polda Sumut pada 28 Februari 2018 untuk membantu penyelesaian konflik satwa dan indikasi ilegal loging di lokasi hutan dan Taman Batang Gadis. Pada Minggu 4 Maret, petugas dapat informasi kembali bahwa harimau masuk ke kolong rumah warga.

"Jadi puncaknya semalam itu. Harimau masuk ke pemukiman warga. Petugas sudah menyiapkan obat bius. Tapi kami dapat informasi lagi kalau harimau sudah mati ditombak warga dan ditembak anggota Polsek Batang Natal. Sehingga BKSDA langsung kordinasi dengan Polres untuk evakuasi jasad harimau," pungkasnya.