MEDAN - Menurut Pengamat Ekonomi Sumatera Utara (Sumut) Gunawan Benjamin, ia menilai bahwa harha beras masih bertahan mahal belakangan ini. Hal ini disebabkan Sumut yang memiliki masalah fundamental seperti data yang amburadul sehingga kebijakan sulit diambil dan cenderung menuai kontroversi. Sehingga pernyataan mengenai surplus beras juga tidak seragam sehingga kebijakan yang diambil justru masih bisa diperdebatkan. "Ini yang menjadi landasan serta diambil jalan keluar dengan cara melakukan impor. Kita tidak bisa menyimpulkan bahwa impor 100% salah. Data terakhir justru menyebutkan bahwa musim panen yang sudah mulai kelihatan di sejumlah wilayah di Sumut, tidak membuat harga beras turun," terang Gunawan, Senin (26/2/2018).

Saat ini lanjutnya, di pasar justru ada kenaikan harga beras medium sebesar Rp500 per Kg nya. Contohnya harga beras jenis C4 mengalami kenaikan. Ini menjadi pertanyaan besar dan ia sedang melakukan kajian mendalam. Mengapa disaat panen sudah mulai dilakukan, harganya justru naik. Beras medium saat ini dijual dikisaran harga Rp11.500 per Kg, dari sebelumnya sebesar Rp 11.000 per Kg.

"Ini kan aneh jadinya. Sehingga kalau impor dilakukan, memang bisa meredam gejolak harga beras di pasar. Semua pihak harus turun tangan menghadapi persoalan ini. Dan sebaiknya ada campur tangan pemerintah untuk melihat fenomena yang terjadi belakangan. Berdasarkan pemantauan kita, wilayah Kabupaten Asahan atau tanjung Ledong sudah memasuki masa panen saat ini. Namun masih belum tampak ada penurunan harga. Saya melihat ada dua kemungkinannya jika melihat tren harga beras yang tak kunjung turun saat musim panen tiba," pungkasnya.

Menurutnya, ada dugaan penimbunan sehingga proses penggilingan terganggu, dan kedua ada gangguan cuaca sehingga proses pengeringan mengalami gangguan, khususnya di kilang-kilang kecil. Ini masih dugaan semata. Sebaiknya pemerintah melakukan sidak untuk mengetahui secara rinci masalah beras tersebut. Kalau penimbunan, pada dasarnya setiap kilang memang membutuhkan (menimbun) stok gabah untuk mengatur operasional kilang tersebut.

"Wajar sebenarnya, namun bisa ditertibkan bagi pihak-pihak yang mungkin melakukan penimbunan diluar batas kewajaran tersebut. Terkait masalah pengeringan, ini yang kerap dialami oleh kilang-kilang kecil yang tidak memiliki teknologi pengeringan modern. Jadi memang sebaiknya kita telusuri lebih dalam mengenai masalah beras di Sumut saat ini," tukasnya.