MEDAN - Kepala Bidang Pengawasan Pasar Modal OJK Regional 5 Sumbagut Riska Pasaribu mengungkapkan, pemahaman masyarakat terhadap pasar saham masih kalah jauh dibanding produk jasa keuangan lainnya. "Sangat disayangkan masyarakat kurang paham. Padahal potensi pendanaan dari pasar saham sangat besar. Hingga kini indeks literasi pasar modal di Indonesia masih sebesar 4,3%," ujarnya dalam acara Media Gathering bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) di Medan, kemarin.

Adapun indeks literasi industri jasa keuangan lainnya seperti perbankan tercatat sebesar 28,94%, asuransi 15,76%, pembiayaan 13,05% dan pegadaian 17,82%.

Menurut nya, BEI memerlukan usaha lebih keras untuk mengenalkan pasar modal kepada masyarakat. Otoritas sendiri terus mendorong pemerintah dan pelaku usaha untuk memanfaatkan pasar modal sebagai salah satu instrumen pembiayaan untuk perkembangan ekonomi.

Ditambahkannya, berdasarkan survei yang sama, indeks inklusi pasar modal di Indonesia hanya sebesar 1,25%. Artinya, dari 100 orang di Indonesia, hanya satu orang yang telah menggunakan produk-produk keuangan di pasar saham. "Masih kalah juga dibanding industri jasa keuangan lainnya," katanya.

OJK juga mendorong media untuk sama-sama mengkampanyekan pasar modal kepada masyarakat. Ini.sangat penting guna mendorong pertumbuhan ekonomi dari sektor ini.

Kepala Kantor BEI Perwakilan Medan M Pintor Nasution mengakui, pengetahuan masyarakat terhadap pasar modal masih rendah. "Survei kami dengan AC Nielsen juga menunjukkan hal serupa," ungkapnya.

Untuk meningkatkan literasi di masyatakat, BEI terus membentuk komunitas. Hingga kini, paling tidak ada 500 komunitas investor pasar modal yang terbentuk di Indonesia. Selain itu, pihaknya juga kerap membentuk galeri investasi di beberapa perguruan tinggi di Indonesia.

Kampanye Yuk Nabung Saham juga terus dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. "Harapan kami makin banyak yang paham, kemudian mau membuka rekening saham," pungkasnya.