MEDAN - Berdasarkan hasil survei, ternyata masyarakat di Sumatera Utara tahu betul kalau tindakan money politic atau politik uang adalah tidak benar. Akan tetapi mereka tetap berharap mendapatkannya.

Hal itu disampaikan pengamat politik dari FISIP Universitas Sumatra Utara, Dadang Darmawan.

Menurut Dadang, dari hasil survei yang ia lakukan akhir tahun lalu, masyarakat memaknai bahwa secara ideologi tidak ada satupun pasangan calon yang akan bisa mengubah nasib mereka. Itu sebabnya kecenderungan pemilih masih berpikir pragmatis.

Ungkap Dadang yang pernah memimpin Badko HMI Sumut, terdapat banyak pola atau variasi yang dilakukan para pasangan calon berikut pendukungnya guna mengubah politik uang. Misalnya dengan cara memperbesar jumlah saksi yang turun ke tempat pemungutan suara (TPS) atau memperbanyak relawan.

"Itu termasuk cara untuk mengelak dari tuduhan melakukan money politic. Hal tersebut pasti terjadi dan masyarakat menunggu," kata Dadang.

Oleh masing-masing pasangan calon yang bertarung di Pilgub Sumut, Dadang menyatakan mereka menyadari bahwa tidak ada masyarakat yang memilih secara ideologis. Yang menggerakkan mereka untuk memilih adalah uang.

"Itu fakta terakhir yang kami temukan. Hampir semua survei membuktikan hal tersebut," katanya.

Situasi lain yang akan mempengaruhi pilihan pemilih pada Pilgubsu adalah sentimen identitas terkait suku, agama atau golongan dan ras. Ditambah juga faktor Pilpres 2019. Para pemilih akan melihat antara pasangan Edy Rahmayadi - Musa Rajekshah dan Djarot Saiful Hidayat - Sihar Sitorus, mana yang akan mendukung Jokowi.

"Faktor pragmatis mereka plus Pilpres 2019, keduanya berpengaruh pada Pilgub Sumut mendatang," tegas Dadang.