MEDAN - Manajemen Grab Indonesia terus melakukan upaya untuk menekan kerugian akibat praktik order fiktif yang makin marak.

Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata mengungkapkan, pihaknya kini telah memiliki mekanisme pelacakan order fiktif yang dilakukan mitra pengemudi yang tak jujur atau lebih dikenal dengan driver "tuyul".

"Sistem ini kami namakan Grab Lawan Opik. Dengan sistem ini, praktik order fiktif dengan pura-pura menangani order bisa diredam dan penumpang bisa tetap terlayani dengan baik," katanya di Medan.

Ridzki menjelaskan, cara kerja pelacakan order fiktif dalam Grab Lawan Opik dilakukan dengan memanfaatkan sistem deteksi risiko dan kecurangan yang mereka kembangkan di enam pusat penelitian dan pengembangan yang tersebar di Asia.

Siistem ini menggunakan algoritma machine learning yang bisa mendeteksi aktivitas kecurangan oleh oknum mitra pengemudi.Dalam menerapkan Grab Lawan Opik, manajemen juga bekerja sama dengan kepolisian untuk menindak pelakunya.

Menurut dia, pihak Grab memang harus mengambil tindakan tegas seperti ini karena telah mengalami kerugian yang sangat besar.

"Secara finansial kami pasti rugi. Tapi itu bukan masalah utama. Yang lebih rugi adalah mitra pengemudi yang bekerja jujur serta penumpang yang sering terlantar karena adanya order fiktif atau dikenal dengan istilah opik," jelasnya.

Medan sendiri menjadi kota target berikutnya setelah Grab dan kepolisian berhasil membekuk pelaku kriminal jenis ini di Makassar, Jakarta dan Surabaya. Grab sendiri kini tengah mengumpulkan sejumlah bukti sebelum membuat laporan ke kepolisian.

Sebenarnya, sejak lama pihaknya kerap menindak tegas dengan melalukan suspensi akun para pelaku order fiktif. Namun, sanksi secara sistem tersebut tidak terlalu efektif. Dengan adanya sist yang baru itu, pihaknya yakin bisa menekan kecurangan di lapangan.

"Ini merupakan tindakan melawan hukum. Tindakan tegas yang kami ambil ini untuk membela kepentingan driver jujur serta penumpang yang kerap tak terlayani dengan baik," pungkasnya.