JAKARTA - Akhirnya mantan anggota Tim Verifikasi Deputi IV Kemenpora, Didik Jafar Sidik angkat bicara. Dia mengaku hanya disuruh mempelajari secarik tanpa ada pertemuan dengan pengurus induk-induk organisasi olahraga (PB/PP) menyangkut masalah anggaran dana pelatnas Asian Games 2018.

"Jika kita tidak bertemu dengan pengurus PB/PP, hanya melihat dan mempelajari lembaran kertas saja, itu sangat lemah dan bisa melemahkan, seperti yang terjadi sekarang," kata Dikdik Jafar Sidik melalui pesan WhatsApp, Jumat (19/1/2018).

Jadi tidak heran jika teknokrat olahraga yang mundur dari anggota Tim Verifikasi setelah pertemuan di Solo ini menyebut pemaksaan kehendak menjadi penyebab utama lambannya penyaluran dana Asian Games 2018.

"Masalah penyaluran dana ini sebetulnya bisa diselesaikan secepatnya kalau saja tidak memaksakan kehendak sendiri. Harusnya Kemenpora mau mendengarkan pengurus cabang olahraga (cabor) (PB/PP) sebagai ujung tombak," ujarnya. 

Dalam penyaluran dana pelatnas Asian Games 2018, kata Dikdik yangvjuga Dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, strategi direncanakan bersama dengan membuka "warung" (red-melakukan diskusi) secara intensif kemudian mengidentifikasi plus minus dari beberapa option (alternatif pilihan). 

"Saya yakin kalau strateginya direncanakan bersama dalam "buka warung" secara intensif masalah oenyaluran anggaran pelatnas bisa dituntaskan dalam sepekan," katanya. 

Dalam menentukan nilai anggaran pelatnas yang diberikan kepada cabor, kata Didik, mapping proporsional dengan pencapaian target prestasi harus dikedepankan. 

"Dari 40 cabor itu kan ada beberapa rangkaian gerbong prestasi. Dari setiap gerbong ada komponen-komponen yang harus dipilah dan dipilih agar shuttle yang nanti jadi target pencapaian tujuan sesuai dengan rencana harapan dan keinginan bangsa," jelasnya.***