MEDAN-Pertarungan untuk menduduki kursi nomor satu di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) semakin sengit. Atmosfer perebutan kursi panas itu terlihat kian memanas.

Pasalnya, pendaftaran pasangan calon (Paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut di KPU Sumut tinggal dua hari lagi.

Sementara untuk pasangan yang sudah hampir pasti mendaftar adalah Edy Rahmayadi- Musa Rajekshah (Edy-Ijeck). Dukungan dari partai politik sudah didapat pasangan ini seperti Partai Golkar (17), Gerindra (13), PKS (9) dan PAN (6). Yang paling mencengangkan adalah Partai Nasdem yang kemudian juga menyatakan dukungan kepada Edy-Ijeck.

Langkah NasDem yang mendukung Edy-Ijeck menuai kontroversi. Apalagi Ketua DPW NasDem Sumut adalah Tengku Erry Nuradi, petahana yang digadang-gadang menjadi calon kuat pesaing Edy-Ijeck.

Pertarungan pun semakin panas dengan kehadiran Djarot Saiful Hidayat, mantan Gubernur DKI Jakarta. Dia mendapat restu langsung Ketua Umum PDI-Perjuangan, Megawati Soekarnopoetri. Pengusaha Sihar Sitorus digadang-gadang akan mendampinginya.

Di tengah kisruh peta politik tersebut, muncul pula wacana agar Tengku Erry mendampingi Djarot maju di Pilgubsu 2018. Wacana tersebut diutarakan Wakil Bendahara Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sumut, Sutrisno Pangaribuan.

"Saya memprediksi, Djarot-Tengku Erry bisa menjadi pasangan klop jika maju di Pilgub. Pasangan ini akan menjadi pasangan kuat dengan pengalaman komplet. Keduanya sama-sama pernah menjabat walikota dan bupati dua periode, pernah wakil gubernur, kemudian menjadi gubernur," ucap Sutrisno.

Apalagi, menurut Sutrisno, PDIP adalah partai yang menghargai kontribusi anak bangsa. Pengalaman Tengku Erry Nuradi sebagai Gubernur Sumatera Utara yang memiliki pengalaman sebagai Wakil Gubernur dan Bupati Serdang Bedagai dinilai tepat mendampingi mantan Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat.

Menurut saya saat ini partai politik hanya tergiur dengan iming-iming kemenangan," ungkapnya.

Menurutnya, pilihan PDI-Perjuangan mengajukan calon gubernur dari kader sendiri menujukkan kematangan sebagai partai kader.

"Tidak tergiur dengan iming- iming kemenangan mutlak dari pasangan yang sama sekali tidak memiliki pengalaman di bidang pemerintahan sipil. PDI-Perjuangan setidaknya menunjukkan dirinya sebagai partai kader, dan bukan pengkhianat karena tergiur oleh rayuan pasangan yang hendak memborong semua partai politik," tegas Sutrisno.

Sutrisno juga menuturkan, kondisi Erry yang ditinggal partainya bisa menjadi peluang. Dia pun menegaskan, belum terlambat jika Tengku Erry datang ke PDIP.

"Saya meyakini, pintu masih terbuka untuk menjadikan beliau sebagai calon wakil gubernur untuk mendampingi Djarot Saiful Hidayat. Pengalaman pahit Tengku Erry Nuradi ditinggal oleh partai-partai pendukungnya akan menjadi energi positif jika kemudian Djarot dipasangkan dengan dirinya," pungkas Sutrisno.