MEDAN – 'Amma yatasā'alūn(a). 'Anin naba'il-'azīm(i). Sekitar ratusan mata berkaca-kaca tatkala Nujumullah, bocah pengungsi Rohingya melantunkan hafalan surah An-Naba’ pada Tabligh Akbar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1439 H yang diselengarakan Forum Silaturahmi Masjid Taqwa (Fosmat) Polonia di Masjid Taqwa Polonia, Jalan Polonia Gang A Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia, Minggu (10/12/2017) kemarin. Bagaimana tidak, hafalan ayat dilantunkan bocah yang kini duduk di kelas III sekolah dasar tersebut seolah membuat perasaan para hadirin membayangkan peristiwa yang dialami etnis Rohingya di Rakhine karena harus keluar dari kampung halamannya akibat kekejaman dan keserakahan pemerintah Myanmar.

“Saya sempat meneteskan air mata mendengar lantunan hafalan ayat bocah pengungsi Rohinya itu,” ujar Ketua Umum Fosmat, Fakhrudin Pohan.

Lebih lanjut diungkapkan Kocu, sapaan Fakhrudin selain tajwid dan kefasihannnya melafalkan ayat tersebut, Nujumullah juga menghayati dan membayangkan apa yang menimpa etnisnya di Myanmar ketika melantunkan ayat tersebut. Hal itu dapat dilihat dari ekspresinya saat melantunkan satu demi satu 40 ayat yang terdapat pada surah An-Naba’.

“Begitu juga dengan saya yang membayangkan bagaimana kesedihan mereka harus pergi meninggalkan kampung halamannya dan terombang ambing di tengah laut selama berbulan-bulan lamanya tanpa tujuan jelas karena ingin menghindari genosida yang dilakukan pemerintah Myanmar,” ungkap Kocu sembari mengusap-usap kelopak matanya yang tak mampu membendung air mata.

Selain Kocu, Muhammad Romo Syafii dan ketua DPD AMPI Sumut, Faisal SE yang hadir pada kesempatan tersebut juga tampak terharu. Mata kedua politisi ini juga dilinangi air mata. Romo yang merupakan anggota DPR RI fraksi Gerindra tersebut langsung mengahampiri dan memberikan sejumlah uang kepada sang pelantun surah yang mengisahkan tentang “Berita Besar” itu.

Sementara itu, Nujumullah yang wajahnya masih menyiratkan trauma akibat kejadian di kampung halamannya tersebut mengaku senang berada di Kota Medan. Sebab, kata  anak keenam dari tujuh bersaudara yang meninggalkan kampung halamannya bersama orangtuanya beserta enam saudaranya itu, di sini dirinya dapat mengenyam pendidikan layaknya anak seusianya. Dan ia berharap, cita-citanya menjadi tentara dapat tercapai.