MEDAN - Ketua Komite II DPD RI Parlindungan Purba meminta sejumlah stakeholder serius menangani persoalan banjir di Kota Tebingtinggi.


Parlindungan mengatakan, Kota Tebingtinggi belum memiliki program penanganan banjir. Padahal, kata Parlin, terdapat tiga sungai besar yang mengaliri kota itu.

"Saya mendapat informasi bahwa belum ada program penanganan banjir di Tebingtinggi. Padahal ada tiga sungai besar yang melintasi kota ini," kata Parlindungan di Grand Aston City Hall Medan Jalan Balai Kota.

Menurut Parlindungan, diperlukan tindakan preventif sehingga bencana banjir dapat dicegah dan tak terulang lagi. Sebab, banjir ini bukan yang pertama melanda kota tersebut.

Beberapa hal yang mesti dibenahi adalah kondisi sungai serta penataan penduduk.

Parlindungan menjelaskan, terdapat tiga sungai yang melintasi Kota Tebingtinggi. Ketiga sungai itu adalah Sungai Sei Padang, Sungai Sei Bahilang dan Sungai Sibaro. Namun dari ketiga sungai ini, satu di antaranya berhulu di Kabupaten Serdangbedagai.

Oleh karena itu, menurut Parlindungan, kedua pemerintah daerah tersebut mesti duduk bersama mencari solusi.

"Kalau tidak, ya begini-begini terus setiap. cuaca ekstrem dan curah hujan tinggi," kata Parlindungan.

Parlindungan mengatakan, dirinya akan segera berkomunikasi dengan BNPB agar segera mencairkan dana penanggulangan banjir di Kota Tebingtinggi.

Terpisah, Kepala Seksi Pelaksanaan Balai Wilayah Sungai II Sumut Junjungan Saragih membenarkan ada tiga sungai yang melintasi Kota Tebingtinggi.
Karena curah hujan yang tinggi, ketiga sungai ini meluap sehingga membanjiri kota tersebut.

Di sisi lain, Junjungan juga membenarkan bahwa saat ini belum ada program penanganan banjir di kota tersebut.

"Di Tebing itu banjir karena curah hujan tinggi, kemudian di kota itu belum ada pengendali banjir. Dan ada yang khas, yaitu kota ini merupakan pertemuan tiga sungai. Kalau lagi curah hujan tinggi ya menuju ke Tebingtinggi," katanya melalui sambungan telepon.

Junjungan menambahkan, diperlukan pembebasan lahan di wilayah sungai-sungai yang melintasi Kota Tebingtinggi guna mencegah bencana serupa terulang.
Namun, karena berbagai alasan, pembebasan lahan itu cukup rumit.

"Kalau kami sudah punya detail pengendalian banjir, memang terus terang ini masih dievaluasi. Dibutuhkan semacam bypass, jadi Sungai Bahilang yang masuk ke Tebingtinggi dibuat alur baru sehingga keluar dari kota. Tapi problem-nya perlu pembebasan tanah cukup luas, berkilo-kilo meter," katanya.

"Dan itu susahnya, wali kota (Tebingtinggi) tidak bisa berbuat apa-apa karena tanahnya di Serdangbedagai," sambungnya.

Berdasarkan data yang dihimpun, sebanyak 22 kelurahan di Kota Tebingtinggi dilanda banjir dengan ketinggian bervariasi. Mulai dari 50 sentimeter hingga satu meter. Banjir ini mengakibatkan 5.985 kepala keluarga dievakuasi ke sejumlah posko penampungan.