MEDAN - Secara alami perairan Danau Toba mempunyai kemampuan untuk melakukan pembersihan sendiri dari pencemaran-pencemaran yang masuk ke dalam danau. Asal, tingkat pencemaran tidak melebihi daya dukung atau daya tampung danau itu sendiri. "Misalnya, logam-logam berat yang masuk ke Danau Toba secara alami dapat terurai melalui tumbuhan air yang ada di danau, seperti eceng gondok. Begitu juga dengan tumbuhan yang masuk ke danau, ada ikan yang memakannya. Itu siklus alami yang terjadi di perairan secara umum, termasuk di Danau Toba yang diciptakan Tuhan," kata Prof Krismono, peneliti dari Badan Riset Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ketika dihubungi lewat seluler, Kamis (30/11/2017).

Prof Krismono bersama peneliti lainnya dari KKP saat ini sedang melakukan penelitian di kawasan Danau Toba mengatakan, besarnya pencemaran yang masuk melebihi daya dukung Danau Toba membuat siklus alami itu menjadi lambat.

Karena itu, kata Krismono, upaya pemerintah untuk menjadikan status trofik Danau Toba sebagai status oligotrof atau oligotrofik hampir tidak mungkin. Karena butuh waktu berpuluh-puluh tahun dan didukung dengan banyak hal.

Status trofik sendiri menurut dia, adalah status kualitas air danau berdasarkan kadar unsur hara dan kandungan biomassa fitoplankton atau produktivitasnya.

Di mana berdasarkan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) tahun 2009, status oligotrof total nitrogen (N) < 650 unit gram per liter (ug/l), total P