PEMBANGUNAN moda transportasi kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT) di kota Medan segera direalisasikan. Setelah rampung proses studi kelayakannya, proyek ini dipastikan akan dikerjasamakan dengan swasta melalui skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU). Walikota Medan Dzulmi Eldin mengatakan, pendanaan yang terbatas menjadi salah satu pembangunan moda transportasi massal harus diusahakan melalui skema KPBU.

"Kita kan terbentur pada pembiayaan, sementara kita sudah harus melakukan percepatan pembangunan di kota kita. Kota Medan khususnya, semakin lama semakin tidak terkendali kendaraan dan macetnya," katanya saat ditemui detikFinance di Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (29/11/2017).

Proyek LRT sendiri akan dibangun satu paket dengan pembangunan bus rapid transportation (BRT) Medan. Biaya investasi kedua proyek itu diperkirakan mencapai Rp 6 triliun.

Dzulmi mengaku percaya diri proyek ini bisa dikerjasamakan dengan swasta lantaran bisnisnya yang cukup menguntungkan dari pengembalian investasi melalui biaya tiket kereta.

Medan sendiri telah menjadi kota berkembang baik dalam hal pertumbuhan penduduk dan ekonomi. Kawasan ini memiliki luas 265,10 km2 dengan kepadatan sekitar 8.008 jiwa/km2. Namun kota ini hanya memiliki 1% moda transportasi umum seperti angkutan umum dan bus.

Penduduk kota Medan yang mayoritas masih mengandalkan mobilitas mereka melalui kendaraan pribadi dan sektor jalan membuat lalu lintas kota ini terbilang kacau dan kerap macet. Hal ini pun ditangkap sebagai suatu peluang bagi investor.

"Mungkin mereka (investor) lihat dari pengembaliannya, dari apa yang mungkin didapat dari mereka. Setelah pelaksanaan itu selesai, mereka kan akan mendapatkan hasil dari kutipan ongkos orang yang melintasi jalan itu menggunakan LRT dan BRT," tukas Dzulmi.