MEDAN - Permasalahan dunia penerbangan di Indonesia kerap kali menjadi sorotan. Untuk itu, permasalahan kondisi penerbangan di Indonesia harus segera diantisipasi agar mendapatkan pelayanan yang aman dan nyaman.

Pimpinan Rombongan Komite II DPD RI Djasarmen Purba menilai pertumbuhan industri pesawat terbang saat ini belum diimbangi dengan perbaikan kondisi penerbangan. Pasalnya, hampir seluruh bandara besar di Indonesia mengalami overcapacity yang menimbulkan tingkat tingginya delay akibat traffic pesawat.

"Salah satu contohnya adalah Bandara Soetta yang didesain hanya untuk menampung 19-20 juta penumpang per tahunnya, namun kini sudah mencapai 59-60 juta penumpang per tahun," ucap Djasarmen saat kunjungan kerja terkait pengawasan UU No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan di Bandara Silangit International Airport, Sumatera Utara, Senin (27/11/2017).

Senator asal Kepulauan Riau itu menambahkan maraknya penerbangan berbasis tarif murah atau low cost carrier (LCC) yang seringkali tidak memperhatikan aspek keamanan dan keselamatan.

Data dari Komite Nasional keselamatan Transportasi (KNKT) menyebutkan bahwa jumlah kecelakaan pesawat udara dari tahun 2014-2016 terus mengalami peningkatan. "Ironisnya sebagian besar kecelakaan tersebut terjadi pada maskpai berbasis LCC," jelas dia.

Tak hanya itu, lanjutnya, rendahnya jumlah sumber daya manusia yang berkualitas di sektor penerbangan berakibat tidak primanya layanan penerbangan.

Sebagai contoh, pilot lokal yang mengantongi sertifikat terbang hanya 5.500, padahal saat ini terdapat 1.200 lulusan sekolah pilot yang menganggur karena kurangnya jam terbang. "Di sisi lain, petugas pengawas atau inspektur untuk mengawasi kinerja maskapai pun masih kurang," kata Djasarmen.

Sementara itu, Anggota Komite II Wa Ode Hamsinah Bolu mengapresiasi dengan menetapkan Bandara Silangit menjadi internasional. Hal tersebut tentunya akan meningkatkan wisatawan yang berkunjung ke Danau Toba. "Dengan adanya bandara internasional maka akan menambah pertumbuhan ekonomi di sini,” tuturnya.

Senator asal Sulawesi Tenggara berharap didaerahnya juga bisa ditetapkan sebagai bandara internasional. "Karena kita punya wisata Wakatobi yang menjadi destinasi wisata. Otomatis akan mempercepat pertumbuhan ekonomi di Sulteng," beber dia.

Dikesempatan yang sama, EGM Silangit International Airport Hotasi Manalu menjelaskan pergerakan penumpang pada 2015 hanya 17rb per tahun. Sementara pada 2016 menjadi 150rb per tahun.

"Target kami tahun ini mencapai 300rb. Untuk saat ini kami baru buka penerbangan internasional ke Singapura. Ini belum reguler masih uji coba," ujarnya.

Direktur Bisnis Angkasa Pura 2 Daan Achmad menjelaskan maraknya penerbangan LCC dikarenakan tingginya permintaan. Sehingga banyak maskapai yang berlomba-lomba memberikan tiket murah. "Sebenarnya karena tingginya permintaan. Jadi maskapai memberikan tiket promo atau murah," tutur dia.

Terkait delay, sambungnya, memang banyak faktor terkait masalah delay. Harusnya maskapai memberikan penjelasan kepada penumpang. "Jika delay maskapai harus mempunyai cadangan pesawat," kata Daan.***