MEDAN - Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) diminta mendirikan monumen pahlawan nasional asal Sumatera Utara (Sumut). Pendirian monumen tersebut berada di tempat-tempat strategis. "Untuk mengenang dan menghargai para pahlawan perlu tindakan kongkret. Yaitu, dengan membangun monumen-monumen yang dibuat di tempat strategis pada seluruh daerah Sumut. Tempat strategis itu sendiri bisa di pusat kota, bandara atau lainnya," ungkap Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Sumut, Dr Suprayitno MHum ketika menjadi narasumber dalam seminar nasional, bertajuk 'Mengenang dan Menghargai Perjuangan Para Pahlawan Nasional Asal Sumatera Utara', di Hotel Four Point Sheraton, Medan, Selasa (21/11).

Diutarakannya, mengenang dan menghargai jasa para pahlawan nasional khususnya dari Sumut, selama ini masih dilakukan hanya sebatas kegiatan seremonial saja. Seperti mengadakan kegiatan upacara dan tabur bunga di makam pahlawan serta lainnya.

"Saya pikir kita harus lebih dari itu dalam menghargai jasa para pahlawan. Dengan begitu, masyarakat terutama generasi muda bisa mengenal lebih jauh siapa pahlawan nasional kita yang berasal dari Sumut," tutur sejarawan yang juga akademisi dari Fakultas Ilmu Budaya USU ini.

Menurut dia, monumen yang akan didirikan tersebut nantinya juga bisa bersifat multi fungsi, yaitu dapat memperkuat karakter bangsa. "Jadi, masyarakat saat ini bisa belajar mengenal lebih jauh siapa pahlawan kita. Selain itu, nilai-nilai apa yang ditanamkan pejuang kita," ucapnya.

Ia juga mengatakan, pendirian monumen pahlawan nasional asal Sumut perannya sangat strategis. Sehingga, masyarakat Sumut tidak hanya sekedar tahu nama pahlawan saja, misalnya Letjen Jamin Ginting. Akan tetapi, juga mengenal lebih jauh dari itu.

"Tak hanya nilai sejarah, pendirian monumen juga bernilai ekonomis karena bisa dijadikan tempat wisata yang menghasilkan pendapatan daerah. Dengan begitu, kembali lagi orang akan tahu pahlawan asal Sumut itu siapa. Bahkan, perlu ditambahkan seorang gaet (pemandu wisata) yang khusus memperkenalkannya," kata Suprayitno.

Kendati demikian, sambungnya, untuk mendirikan monumen itu tentunya butuh proses dan dana yang tidak sedikit. Terutama, bagi keluarga para pahlawan karena tidak sama latar belakang perekonomiannya. Oleh sebab itu, dalam persoalan ini diketuk hati pemerintah daerah agar kiranya dapat mendukung dengan menganggarkannya pada APBD.

"Apabila ini tidak direspon oleh pemerintah, tentunya sangat sedih. Padahal, ini semua bukan untuk kelompok, golongan atau instansi. Namun, untuk generasi penerus kita hingga ke masa akan datang," cetusnya.

Sementara, Deputi Unit Kerja Presiden Bidang Penguatan Ideologi Pancasila, Prof Dr Haryono MPd mengatakan, pendirian monumen untuk pahlawan asal Sumut sangat bagus. Namun, monumen itu perlu dikemas dengan baik. Artinya, tidak hanya sekedar benda mati yang bernilai sejarah tetapi terdapat deskripsi yang mendorong munculnya imajinasi.

"Pendirian monumen atau bangunan bernilai sejarah tak sekedar unik, melainkan juga bisa memberikan inspirasi dan nilai-nilai pada kehidupan. Dengan begitu, akan menjadi daya tarik bagi para pengunjung terutama generasi muda," kata Haryono yang juga menjadi narasumber dalam seminar.