MEDAN-Banyak orang menyebut wisata di Danau Toba masih terbilang mahal. Termasuk dengan harga barang-barang souvenir yang dijual di kios-kios yang ada di Tomok. Hal itu juga diakui Margaretha, salah seeorang pengunjung asal Makassar.

Margaretha yang sengaja datang untuk berlibur ke Danau Toba, merasa terkejut dengan mahalnya harga souvernir yang dijual di Tomok. Ia membandingkan harga-harga itu dengan benda sama yang dijual di kawasan wisata Toraja, Sulawesi Selatan.

“Misalnya untuk sebuah kaos yang bahannya standar, di Tomok dibrandol Rp 150.000 per potong. Paling rendah jatuhnya Rp 50.000. Kalau di Toraja harganya Rp 135.000, harga matinya Rp 40.000. Padahal kalau dibanding-bandingkan, Toraja masih lebih jauh dari pusat Kota Makassar dibanding Medan ke Danau Toba. Kalau dari Kota Makassar ke Toraja bisa sampai 8 jam,” lanjutnya.

Selain itu, Margaretha juga menyoroti sikap para pedagang yang menurutnya masih “kaku” dalam berdagang.

Ia sempat terkejut karena ketika barang yang ditawarnya tidak jadi dibeli, si pedagang menggerutu dalam bahasa Batak. Meski tidak tahu artinya, namun Margaretha merasa omongan itu ditujukan kepadanya.

Mahalnya harga souvenir itu salah satunya disebabkan karena hampir semua souvenir bahan dasarnya didatangkan dari Jawa.

Hal itu juga diakui Emsal, salah seorang pengrajin sablon. Kaos yang masih oblong itu didatangkan dari Bandung dan Jakarta. Para importir lokal membeli dalam jumlah banyak.

“Kaos yang masih “mentah” itu lalu dicetak (sablon) oleh perajin di Medan. Sedangkan rata-rata upah menyablon dipatok dari Rp 5.000-Rp 10.000 per buah,” akunya.

Kaos yang sudah disablon dijual ke distributor dengan harga yang sudah dinaikkan. Distributor lalu menjual kembali kepada pedagang grosiran. Dari pedagang grosiran, kaos itu diecer ke kios-kios.

Panjangnya rantai pasar itu membuat harga sebuah barang bisa terdongkrak 400% dari harga awal. Di tangan pedagang, sebuah kaos (kualitas bagus) bisa sampai Rp 30.000-Rp 40.000 per potong. Untuk mendapat untung harga dinaikkan sampai 150%.

“Karenanya, kalau mau murah, pemerintah harus memutus rantainya. Jangan dipaksa pedagang menurunkan harga. Bagaimana caranya pasti pemerintah sudah lebih paham,” lanjut Emsal.