MEDAN - Besok (Minggu, 12/11/2017), Partai NasDem akan mendeklarasikan Tengku Erry Nuradi sebagai bakal calon Gubernur yang akan diusung di Pilgubsu 2018 mendatang. Agak berbeda dengan yang dilakukan oleh Partai Golkar beberapa waktu lalu. Melalui surat keputusan dari DPP Golkar, Partai Golkar mengusung dan mendukung Tengku Erry Nuradi-Ngogesa Sitepu sebagai Bakal Calon Gubernur/Wakil Gubernur Sumut 2018.

Hal tersebut dipastikan oleh Sekretaris DPW Partai NasDem Sumut Iskandar, Kamis (9/11/2017)

"Kami fokus pada calon Gubernur dulu, jadi hari Minggu nanti hanya Ketua (Tengku Erry) yang dideklarasikan," katanya.

Menanggapi hal tersebut, pengamat politik yang juga merupakan akademisi UMSU Shohibul Anshor mengatakan bahwa dalam posisi itu, NasDem memposisikan diri sebagai penghancur bagi Partai Golkar dan pribadi Ngogesa Sitepu.

"NasDem menjadi faktor destroyer atau trouble maker di sini. Luar biasa destroyer (NasDem -red) kepada Golkar dan Ngogesa pribadi," katanya saat diwawancarai RMOLSumut.com melalui telepon selular, Sabtu (11/11/2017).

Dijelaskan oleh Shohibul Anshor, di balik usungan dan dukungan DPP Partai Golkar kepada Tengku Erry sebagai bakal calon gubernur itu, Partai Golkar telah mengorbankan statusnya sebagai partai berpengaruh baik di Sumut maupun nasional. Begitu juga dengan terkorbankannya status Ngogesa Sitepu sebagai pimpinan partai.

"Karena sebagai ketua dari sebuah partai besar, Ngogesa sebenarnya rugi dipasangkan jadi wakil. Dia berjuang dapat ketua partai, misinya untuk jadi nomor satu (bakal calon gubenur -red), tapi ia berkorban," jelasnya.

Untuk diketahui, Partai Golkar di Sumut merupakan "penguasa kursi" di DPRD Sumut, mereka memiliki 17 kursi. Sedangkan Partai NasDem hanya 6 kursi.

Kondisi yang dapat dinilai, NasDem tidak menghargai Partai Golkar itu, dinilai Shohibul Anshor difaktori oleh dua hal.

"Kenapa seolah tidak dihargai Partai Golkar itu? Berarti dia (NasDem -red) tidak bisa berlanjut, tidak bisa kerja sama dengan Partai Golkar. Atau karena faktor pribadi Ngogesa, dia mau ganti. Artinya nanti kalau memang begitu, sudah ada kongkalikong antara pimpinan partai yang di Jakarta," demikian Shohibul Anshor.