MEDAN-Perhelatan Gelar Melayu Serumpun (Gemes) yang berlangsung 3 sampai 5 November 2017 di Lapangan Merdeka resmi ditutup Wakil Wali Kota Medan, Akhyar Nasution. 

Penutupan tersebut ditandai dengan penombolan sirine bersama dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan pimpinan SKPD.

Akhyar dalam sambutanbya mengatakan, saat ini banyak generasi muda bangsa Indonesia yang melihat budaya melayu seakan-akan sebagai budaya yang berasal dari negara tetangga. Padahal, banyak budaya Indonesia yang berakar dari budaya melayu tanah air. Sejarah juga telah menunjukkan bahwa jauh sebelum kemerdekaan, budaya melayu sebenarnya juga sangat dekat dengan hiburan rakyat seperti, teater bangsawan, komedi stambol, serta pada masuknya Islam di nusantara yang banyak menggunakan budaya melayu sebagai alat syiar agama.

“Sebagai sebuah budaya, melayu pada dasarnya memang tidak bisa di klaim sebagai milik satu negara tertentu saja. Bahkan, jika kita telusuri hampir semua negara asean memiliki keterkaitan dengan budaya melayu,” ungkap Akhyar.

Dia mengungkapkan, di era globalisasi saat ini, tanpa disadari budaya asing telah menginvasi kehidupan sehari-hari. Budaya Amerika, budaya India, dan budaya Korea adalah sebagian kecil budaya asing yang leluasa bermain di ranah budaya asli bangsa Indonesia. Tentunya hal ini harus diwaspadai. Jangan sampai budaya asli hilang ditelan zaman.

“Generasi muda Indonesia harus mampu melestarikan budaya daerah meskipun mempelajari budaya asing. Namun, harus tetap menggunakan budaya Indonesia yang terbukti mampu mempersatukan bangsa ini,” jelasnya.

Untuk itulah dia berharap agar di masa mendatang akan semakin banyak generasi muda yang terlibat aktif dalam kegiatan pelestarian budaya luhur melayu. Sebab, di pundak generasi muda tersandang harapan untuk melestarikan budaya melayu dimuka bumi.

“Saya berharap kegiatan seperti ini terus dilaksanakan secara berkesinambungan dan melibatkan lebih banyak lagi generasi muda demi kemajuan budaya bangsa dan negara,” tambahnya.