MEDAN - Medan Fashion Trend kembali digelar tahun ini. Mengangkat tema 'Aquatic Fantasia', festival fashion yang digelar di Ballroom Hotel JW Marriot ini memamerkan hasil karya kolaborasi desainer dan pengrajin kain Sumut, baru-baru ini. Penasehat Indonesia Fashion Chamber (IFC) Chapter Medan, Saurma Siahaan mengatakan, Medan Fashion Trend 2017 merupakan yang keempat kalinya dilaksanakan, dan terselenggara berkat kerja sama IFC dan Dolling School of Fashion Design. Dolling School sendiri merupakan sekolah yang sudah berusia 45 tahun.

"Kami akan terus menghadirkan murid-murid terbaik dari sekolah fashion itu, untuk menampilkan karyanya pada setiap gelaran Medan Fashion Trend. Tidak ketinggalan, sebagai apresiasi terhadap provinsi Sumut, maka setiap pagelaran ini menampilkan kain khas tenunan asal daerah Sumut mulai dari Ulos, Songket serta batik motif Sumut," ungkapnya disela-sela acara.

Menurut dia, tema yang diangkat dalam event ini 'Aquatic Fantasia', karena sebagai penghargaan kepada Danau Toba yang merupakan destinasi kekayaan Sumut. Sebanyak 19 desainer menampilkan enam hingga delapan hasil rancangan busana terbaiknya.

"Selain fashion show, dalam kegiatan ini juga dilakukan pengukuhan terhadap 7 orang sebagai anggota baru IFC Chapter Medan. Dengan demikian, maka jumlah anggota IFC Chapter Medan semakin banyak menjadi 13 orang. Tak hanya itu, ditampilkan juga karya desainer senior dari IFC pusat, yang karyanya bertaraf internasional," tutur Saurma.

Disebutkannya, kegiatan ini juga untuk memberikan kesempatan kepada desainer, guna menampilkan karya terbaik mereka. Oleh sebab itu, event ini merupakan kolaborasi desainer dengan pengrajin kain tenun khas dan batik Sumut. Dengan begitu, hasil karya mereka menjadi semakin meningkat nilai jualnya.

"Setelah gelaran ini, para desainer akan menampilkan karyanya lagi pada kegiatan Board Meeting IFC di Malang tahun 2018. Jadi, bisa dibilang ini merupakan acara persiapan para desainer," cetusnya.

Chairwoman Dolling School of Fashion Design Nilawaty Iskandar menuturkan, acara ini menampilkan aneka karya rancangan busana berbahan etnik Sumut, busana muslim hingga modern.

"Ini merupakan kegiatan berkala dengan dukungan berbagai pihak untuk meningkatkan industri kreatif di Sumut. Acara ini sangat menarik, karena selain menampilkan busana-busana modern juga kolaborasi karya penenun dan perancang busana dengan konsep modern. Ada pula beragam koleksi busana muslim serta modern," ungkap Nilawaty.

Sementara, Ketua Dekranasda Sumut Hj Evi Diana Erry Nuradi mengatakan, kegiatan ini untuk mengangkat keunikan Sumatera Utara yang diaplikasikan pada dunia fashion atau tekstil, agar lebih dikenal oleh masyarakat luas hingga mancanegara. Apalagi, Sumut memiliki ragam etnis terlebih dilihat dari aspek budayanya. Keunikan dan keragaman dari budaya ini merupakan aset yang penting bagi masyarakat dan pemerintah.

"Setiap etnis diminta untuk tetap bertahan dengan budayanya dan hidup berdampingan memegang teguh prinsip saling menghargai. Hal ini perlu dipertahankan oleh masyarakat Sumatera Utara dan tidak terlepas dari fungsinya sebagai tempat mempersatukan," sebut Evi.