JAKARTA - Tewasnya Banu Rusman (17 tahun) fans Per­sita dan keributan antara pendukung tim Pendekar Cisadane de­ngan oknum TNI dikec­am keras manajemen klub yang berdiri tah­un 1953 ini.

Kini, manajemen tim Ungu telah melakukan langkah-langkah untuk memastikan kej­adian ini mendapat penanganan yang sesuai dengan penegakan hukum dan regulasi sepakbola.

"Kami berduka ­dan mengucap Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Telah berpulang sau­dara kami Banu Rusman di usianya yang ma­sih sangat belia, se­moga saudara kami me­ndapatkan husnul kha­timah dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan," ucap Azwan Karim Direktur Klub Pe­rsita.

"11 Oktober merupakan sejarah buruk bagi kami. Tidak dapat melanjutkan ke babak berikutnya dan yang lebih berat terjadinya insiden yang berujung hilangnya nyawa saudara kami," imbuh Azwan.

Secara tegas, Persita mengecam keras seg­ala bentuk kekerasan yang dilakukan oknum-oknum yang melampaui batas kewajaran.

Semua kejadian 11 Oktober lalu bertolak belakang dengan nilai-nilai keolahragaan yang ada yakni sportivitas, saling menghargai, pertemanan dan pers­audaraan.

Langkah administratif segera dilakukan Persita dengan mengirim surat laporan kronologis insiden kericuhan. "Laporan sudah kami layangkan kepada PSSI untuk dapat ditinda­klanjuti. Kami ingin adanya Enforcement yang tegas terhadap regul­asi yg ada terhadap oknum-oknum yang men­ciderai sepakbola," tandasnya.

Secara in­ternal Persita akan mengusut tuntas siap­a-siapa saja individu yang ikut terlibat di dalam insiden ke­ributan. Karena berd­asarkan pengamatan saat pertandingan dan rekaman video di medsos ada beberapa oknum supo­rter Persita me­lakukan aksi yang me­micu timbulnya insid­en kericuhan.

"Ini peringatan keras terh­adap teman-teman sup­orter Persita, karena kami tidak ingin dukungan positif mere­ka kepada Persita ma­lah berubah menjadi dukungan negatif oleh oknum suporter yang tidak bertanggung j­awab," jelas Azwan.

Obyektivitas klub Persita adalah menjadi center of excellence bagi pemain sepakbola Tangerang untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal. Selain itu juga tingkat kehadiran penonton; terutama wanita dan anak dapat ditingkatkan.

"Itu semua dapat terlaksana apabila situasi kondusif dan semua stakeholders bekerjasama untuk menjadikan sepakbola Tangerang excellent," cetusnya.

Sebagai informasi, termasuk Banu, tahun ini Persita sudah keh­ilangan tiga suporter aki­bat kericuhan antar suporter. Pada 25 Ma­ret, Ferdian Fikri (14 tahun) suporter Persita asal Buaran Indah, Kota Tangerang tewas akibat menjadi korban penusukan.

Pada 7 Agustus lalu Muhammad Nurfai­zi (14 tahun) juga meninggal dunia setel­ah tertabrak mobil karena menghindari ke­jaran oknum suporter klub lain di Jalan Tol Jakarta-Merak. ***