Batubara-PT Indonesia Asahan Aluminiun (persero) sebagai induk holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang pertambangan memiliki kesempatan untuk mengembangkan kawasan industri Kuala Tanjung, Sumatera Utara dan Tanah Kuning, Kalimantan Utara.

"PT Inalum sebagai induk holding BUMN industri pertambangan mempunyai kans untuk mengembangkan kawasan industri Kuala Tanjung dan Tanah Kuning", kata Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (Dirjen Ilmate) I Gusti Putu Suryawirawan dalam keterangan tertulisnya yang diterima.

Menurutnya, terdapat beberapa titik potensial yang dapat dikembangkan menjadi kota-kota industri di Indonesia, salah satunya adalah kawasan industri Kuala Tanjung dan Sei Mangkei. Untuk mengembangkan daerah-daerah potensial ini harus didukung oleh ketersediaan energi yang besar.

Untuk kawasan industri Kuala Tanjung yang dipelopori PT Inalum, maka selain opsi pembangunan pembangkit listrik baru tentunya dapat dipikirkan opsi lain, seperti optimalisasi dan peningkatan produksi listrik dari turbin-turbin PLTA yang sudah ada.

“Ada beberapa titik potensial yang bisa dikembangkan. Tentu harus juga didukung dengan ketersediaan energi yang besar, PT Inalum memiliki pembangkit listrik Siguragura dan Tangga, menurut saya pasti ada cara untuk meningkatkan kapasitas produksi energi dengan desain yang sudah ada", ujarnya.

Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi mengatakan, pengembangan kawasan industri ini merupakan salah satu proyek yang diharapkan pemerintah dan dapat diselesaikan PT Inalum dalam kurun waktu beberapa tahun ke depan.

Tak hanya itu, perusahaan juga diberikan pekerjaan rumah yang tidak sedikit oleh pemerintah sebagai pemegang saham. Selain dipersiapkan mengambil alih saham PT Freeport Indonesia, PT Inalum juga mendapat tugas untuk menjadi induk holding BUMN industri pertambangan di Indonesia, yang terdiri dari PT Antam (Persero) Tbk., PT Bukit Asam (Persero) Tbk., dan PT Timah (Persero) Tbk.,

Dikatakannya, secara strategis utamanya diinginkan perluasan tambang-tambang dan cadangan mineral bernilai efek besar seperti batubara, emas, nikel, dan bauksit sehingga dibutuhkan eksplorasi dan akuisisi yang bernilai besar pula, makanya dibutuhkan pembentukan holding.

"Inalum diberikan tugas cukup besar untuk mengembangkan kawasan induatri, bukan hanya melakukan hilirisasi industri pertambangan industri Aauminium saja, namun juga seluruh industri pertambangan yang ada di samping juga harus melakukan ekspansi menuju world class company," katanya.

Direktur Operasi & Pengembang Bisnis PT Inalum, SS Sijabat menyampaikan beberapa strategi pengembangan bisnis PT Inalum yang diharapkan mampu membawa PT Inalum menjadi industry pertambangan Indonesia kearah pertumbuhan yang dinamis dan bernilai manfaat bagi negara.

Beberapa proyek strategis tersebut, antara lain ekspansi smelter aluminium dari 260.000 ton per tahun menjadi 500.000 ton per tahun pada tahun 2021, pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery antara Inalum dan Antam, joint venture pembangunan fasilitas pengolahan wire rod dengan investor dari Malaysia dan fasilitas produksi slab dengan grup Maspion, serta pembangunan smelter aluminium baru berkapasitas 500.000 ton per tahun di KIPI Tanah Kuning - Kalimantan Utara yang ditargetkan selesai pada tahun 2024.