Medan-Empat orang siswa SD Pelita Mutiara Parulian 5 angkat bicara soal pemanasan global. Dihadapan dua ratus peserta seminar literasi, mereka menunjukkan cara sederhana menurunkan pemanasan suhu bumi. Cara yang mereka maksud adalah mencangkok pohon.

“Cara ini kami pelajari dan praktikkan di sekolah,” terang Adelina Sinaga dalam seminar bertajuk Menumbuhkan Budaya Literasi di Sumatera Utara, Medan. 

Presentasi Adelina dan kawan-kawan selaras dengan laporan Badan Meteorologi Dunia yang menyebut suhu permukaan bumi terus memanas. Dibandingkan tahun 1960an, kenaikan suhu bumi meningkat hampir satu derajat celsius. Jika laju pemanasan global ini tidak ditekan, kehidupan manusia dan mahluk lainnya akan terancam.

Koordinator Literasi Yayasan Pendidikan (YP) Parulian Poster Manalu menjelaskan, presentasi Adelina dan kawan-kawannya merupakan bagian dari hasil pembelajaran. Sebagai sekolah literasi, Parulian telah mengintegrasikan literasi ke dalam pembelajaran. Mereka membiasakan siswa menggunakan informasi untuk mencari solusi. Karena itu aktivitas pembelajaran didesain agar siswa melakukan kegiatan 5 M (mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan).

“Agar mampu mengintegrasikan literasi, guru-guru kami terlebih dahulu mendapatkan pelatihan dengan menggunakan modul yang didesain oleh USAID PRIORITAS,” terangnya. 

Kepala Dinas Pendidikan Serdang Bedagai Joni Walker Manik menyarankan, gerakan literasi harus menjadi gerakan bersama. Dibutuhkan kebijakan, kelembagaan dan kekompakan. Tiga hal ini yang membuat Sergai meraih Indeks Literasi Daerah (ILD) tertinggi di Indonesia.

"Kami bangga punya Bupati seperti Pak Soekirman yang berkomitmen membangun pendidikan. Ia senang dan serius memajukan gerakan literasi. Gerakan literasi kuncinya hanya tiga, yaitu komitmen, semangat dan perhatian kepala daerah," pungkas Joni Walker Manik. 

Sedangkan pendiri Alusi Tao Toba Togu Simorangkir mengatakan, literasi tidak cukup hanya dipahami sebagai aksi membaca dan menulis semata. Literasi lebih dalam, bicara soal konteks yang dilakukan. Siapapun yang bergerak di bidang literasi harus menjadi contoh (teladan).

Ketua Yayasan Fajar Sejahtera Indonesia (YAFSI) Badriah menambahkan, seminar literasi yang dilangsungkan di YP Parulian merupakan bagian dari Festival Literasi Sumatera Utara (FLSU). Seminar ini menghadirkan pembicara kunci Hasban Ritonga, Ketua Forum Masyarakat Literasi Sumatera Utara (FORMALSU). Selain itu turut bicara narasumber yang dikenal aktif di dunia literasi, diantaranya, Agus Marwan dari FORMALSU dan Khairiah Lubis dari DAAI TV.

“Kami ingin semua narasumber ini bisa berbagi pengalaman, sehingga kita bisa belajar dari satu sama lainnya,” tukas Badriah.

Plant Manager PT Dow Indonesia Ricky Rahardja menyebut FLSU bertujuan mendukung Sumut sebagai Provinsi Literasi. “Kegiatan ini digagas oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Sumatera Utara, FORMALSU, YAFSI, YP Parulian dan merupakan pengabdian CSR PT Dow Indonesia tahun 2017,” terangnya.